Sunday 31 July 2011

Menikmati keindahan Krakatoa

Terkepung terjebak diantara ratusan kendaraan yang hendak masuk ke dalam Kapal. Malam itu di sebuah Dermaga, pemandangan antrian kendaraan menjadi objek yang harus dinikmati mata ini. Didetik detik akhir, Bus yang kami naiki berhasil masuk ke dalam Kapal, kini saatnya menikmati perjalanan diatas Kapal Ferry selama 2 jam.

Kapal Ferry telah merapat di Bakauheni, Matahari enggan muncul dihadapan kami, ia mengumpat dibalik awan-awan hitam. Dan kini, kakiku telah memijak tanah Sumatra, kini aku berada diatas datarannya. Kunikmati pemandangan pelabuhan dari area POM Bensin ini.


Dan perjalanan kami lanjutkan, kami melewati jalan yang masih sepi, bus yang kami tumpangipun berjalan perlahan dengan pasti. Memasuki Kalianda, kami berbelok kekiri dan mengikuti jalan-jalan ini. Setelah hamper 1,5 jam, akhirnya kami tiba di Dermaga Canti.

Dermaga ini berada di Desa Canti kecamatan Kalianda. Dari sinilah perjalanan dimulai jika hendak ingin ke Pulau-Pulau di sekitar Krakatau. Kapal kayu yang akan kami tumpangi telah menunggu di Dermaga ini. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan diri untuk sarapan.

Selesai sarapan, kami semua naik ke Kapal kayu. Aahh…entah sudah berapa kali aku menikmati perjalanan diatas lautan menggunakan Kapal. Sehari sebelum perjalanan ini, aku baru saja menikmati perjalanan diatas lautan menggunakan Kapal kayu, dan sekarang aku menikmatinya lagi.

Tujuan perjalanan kami ialah menuju Pulau Sibesi, namun sebelum menuju pulau Sibesi, kami akan singgah sejenak di pulau Sebuku Kecil. Kurang lebih 1 jam perjalanan, Kapal kayu yang kami tumpangi tiba di Pulau Sebuku Kecil. Tak banyak kegiatan yang kami lakukan disini, hanya memandangi hamparan pasir putih dan pulau-pulau sekitarnya.

Ombak silih berganti menggapai daratan Pulau ini, dan kamipun berfoto-foto disini. Menikmati hamparan pasir putih dan buih-buih ombak, mata kami terus memandang kearah lautan dan pulau-pulau sekitar. Puas berada disini, kami kembali ke Kapal kayu dan melanjutkan aktifitas selanjutnya.

Aktifitas selanjutnya, kami akan bersnorkeling di dekat Pulau Sebuku kecil. Tanpa menunggu lama, Kapal kayu kembali bergerak menuju tempat snorkeling. Tak beberapa lama, kami sampai di spot snorkeling, satu persatu tubuh ini kami ceburkan di air laut itu. Karang-karang langsung menyambut kami, begitupun juga ikan-ikan silih berganti menyapa kami.
Aku menceburkan diri, aku langsung menjajal digipack pinjaman, yang didalamnya telah aku taruh handphoneku.

Beberapa gambar aku dapat, namun hasilnya tidak memuaskan, karena tubuh ini enggan untuk diam didalam perairan. Ya sudahlah kini saatnya aku bersnorkeling ria, menikmati pemandangan bawah lautnya.

Puas bersnorkeling, kami semua naik ke Kapal kayu. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Sibesi. Kapal terus membelah lautan, melewati gelombang-gelombang. Di kejauhan sana, tampak sebuah Pulau dengan Gunung yang menjulang di datarannya, yaa…itulah Pulau Sibesi, dan kami akan segera kesana menggunakan Kapal kayu ini.

Sekitar 1 jam lebih mengarungi lautan, akhirnya Kapal kayu yang kami tumpangi merapat di Dermaga Pulau Sibesi. Keramahan alam menyambut kami, senyuman penduduk sekitar menyapa kami, disinilah kami akan menghabiskan hari ini dan esok, disinilah kami akan menikmati malam bersama sahabat-sahabat baru.

Kami lalu menuju ke homestay yang telah disewa. Sebelum memasuki homestay, kami melewati pendopo, dari sini kita bisa memandang pantai dengan air lautnya. Tampak 2 buah meja telah berdiri rapih yang diatasnya telah tersaji menu-menu makan siang hari ini, begitupun juga bangku-bangku yang telah berbaris rapih.

Sebelum menyantap makan siang, kami sempatkan untuk menaruh barang-barang bawaan, namun ada juga yang meletakkan barang-barang bawaan di Pendopo ini. Selepas menaruh barang kami semua menyantap makan siang, menu yang dihidangkan lumayan lezat, sangat cocok untuk disajikan siang ini.

Selepas makan siang, kami sempatkan untuk minum air kelapa muda, dengan membayar Rp 3000 perkelapa, kami sudah bisa menikmati segarnya air kelapa tersebut. Sebelum melanjutkan kegiatan selanjutnya, dan berhubung waktu masih panjang, kami sempatkan untuk beristirahat di homestay. Ada yang tidur dan ada juga yang berbincang-bincang.

Aku, Rangga, Boim, Juppy, Ikhwan, Jiteng, Uchit, Wawan, Ochie lebih memilih untuk bersedau gurau di depan homestay sambil berbincang-bincang. Sedang asyiknya bersedau gurau, entah dari mana idenya, tiba-tiba terjadi aksi cebur-ceburan ke laut. Aku lupa saat itu korban pertamanya siapa, yang pasti semuanya kena, kecuali si Rangga. (males gila ngangkat badannya yang gede itu).

Diantara aksi cebur-ceburan, saat menceburkan Wawan lah yang paling menarik. Kami membuat skenario penjebakan, dan si Wawanlah yang akan menjadi korban. Uchit telah bersedia menjadi sukarelawan, setelah diloby-loby oleh Juppy. Sebelum penjebakan dimulai, mata kami terus memandang kearah Uchit, ini dilakukan supaya korban tak curiga.

Wawan terus menggerak-gerakan wajahnya kearah Uchit, agar kami semua segera mengangkat Uchit dan menceburkannya ke laut. Hhmm..skenario kami perlahan mulai berhasil, karena Wawan (si korban) tidak tau kalo Uchit memang telah menjadi sukarelawan dalam penjebakan ini.

Kamipun segera beraksi, kami semua mengangkat tubuh Uchit dan membawanya ke bibir pantai. Korban sangat semangat sekali mengangkat tubuh Uchit. Kira-kira 5 meter menjelang bibir pantai, tangan kami yang tadinya memegang tubuhnya Uchit, berbalik haluan memegang tubuhnya Wawan, dan eksekusipun dimulai.

Buuaaaaarrrrr…tubuhnya Wawan kami hempaskan ke air laut tersebut, sembari tertawa terbahak-bahak kami berlari ke daratan setelah menceburkan Wawan. Skenario penjebakan telah berhasil dilakukan, tampak wajah korban terengah tak percaya karena situasi tersebut. Dan kamipun semua tertawa bahagia.

Setelah aksi cebur-ceburan, kami sempatkan diri untuk menikmati segarnya air kelapa muda sambil berbincang-bincang, dan tak terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul 3 sore. Kini saatnya kami mulai bersiap untuk melanjutkan aktifitas selanjutnya, yaitu Snorkeling di Pulau Umang-Umang.

Kami sudah bersiap-siap, dan kami menuju dermaga Pulau Sibesi, Kapal kayu yang akan kami tumpangi telah bersiap mengantarkan kami ke Pulau Umang-Umang. Jarak Pulau Sibesi ke Pulau Umang-Umang tidak begitu jauh, Pulau Umang-Umang berada persis di depan Pulau Sibesi. Hanya 10 – 15 menit untuk menuju ke Pulau Umang-Umang.

Kami semua telah berada di Kapal Kayu, kini saatnya kami mulai melanjutkan aktifitas lagi, yaitu Snorkelingan. Kapal bergerak perlahan membelah perairan Pulau Sibesi, tak berlangsung lama, Kapal telah tiba di Spot Snorkeling di Pulau Umang-Umang. Kami semua menceburkan diri di Spot tersebut.

Hmm..kami harus berhati-hati, karena disini banyak terdapat Ubur-Ubur yang menari-nari meliuk-liuk indah di perairan ini. Pemandangan bawah laut disini tidaklah begitu indah, namun tidak juga begitu Jelek. Banyak karang-karang mati yang kami jumpai disini, tapi tidak sedikit juga karang-karang yang masih hidup.

Ikan-ikan kecil khas karang menunjukkan aksinya saat mata kami melihatnya, namun ada juga yang kabur dan melarikan diri melihat kedatangan kami. Mereka sungguh sangat menggemaskan, membuat mata kami enggan untuk mengalihkan pandangan kepadanya.

Setelah puas bersnorkeling disini, kami semua naik ke Kapal kayu, karena masih ada waktu. Kamipun memutuskan untuk merapat ke Pulau dekat dengan Pulau Umang-Umang yang masih satu daratan dengan Pulau Sibesi, dan aku menyebutnya ini Pulau Sibesi. Kami akan menikmati sunset di pulau itu.

Kami semua telah berada di Kapal, kemudian bergerak menuju pulau itu. Kapal telah merapat, ribuan pohon dan hamparan pasir putih menyambut kedatangan kami. Kami semua turun, dan menuju ke ujung Pulau ini agar bisa melihat sunset dengan jelas. Akan tetapi, aku dan beberapa temanku masih enggan untuk turun dari Kapal.

Aku, Juppy, Ochie, Vivi dan Kelvin (seorang warga Negara asing) masih berada diatap Kapal. Dalam suasana itu, kami memainkan beberapa permainan yang aku buat. Kelvin ternyata sudah tau permainan tersebut, dan menjadikan permainan ini tambah menarik untuk dimainkan. Beberapa kali aku dan Kelvin bergantian untuk memainkan permainan ini.
Permainan telah selesai, kami yang masih disini bergegas turun dan menyusul mereka di ujung Pulau ini.

Hmm…tampaknya sunset yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Matahari sore itu sepertinya enggan menunjukkan dirinya. Akhirnya kami bermain-main diatas hamparan pasir putih, dan berfoto-foto (tentunya :D).
Puas bermain-main disini, dan haripun perlahan mulai gelap. Kami kembali ke Kapal dan melanjutkan perjalanan kembali ke Homestay di Pulau Sibesi. Ahhh…tubuh kami telah lelah menikmati aktifitas hari ini, kini saatnya kami untuk beristirahat dan melanjutkan aktifitas esok hari.

Kami sudah sampai di Dermaga Pulau Sibesi, setelah sebelumnya sekitar 15 menit mengarungi lautan, kamipun turun dan kembali ke Homestay. Sesampainya di homestay istirahat sejenak sebelum mandi, karena menunggu giliran untuk mandi. Kami yang sedang menunggu jatah giliran diberitahu oleh pemilik homestay, bahwa kami bisa mandi selain dikamar mandi homestay.

Karena malas menunggu giliran, kamipun minta diberitahukan dimana tempat tersebut. Namun aku tertinggal oleh rombongan yang akan mandi ditempat tersebut, dan kami yang tertinggal tersebut berusah untuk menanyakan kepada orang-orang penduduk sekitar. Baru saja kami ingin bertanya, salah seorang pemuda menghampiri kami.

Mungkin ia sudah tau bahwa kami ingin mandi, dan ia pun mengantarkan kami ke tempat dimana kami bisa mandi, seorang pemuda itu bernama Iwan. Aku, Boim, Uchit, Kelvin, Ikhwan dan Mahfud diantarkannya menuju tempat itu. Kira-kira 15 menit berjalan, kamipun tiba disebuah masjid, yang berada persis di dekat lapangan Bola.

Di sebelah masjid terdapat sebuah kamar mandi yang bisa menampung 5 orang sekaligus. Kamar mandi tersebut masih berada di area masjid, Iwan mengantarkan kami ke kamar mandi tersebut. Disebelah tempat wudhu terdapat 2 buah kamar mandi yang terdapat WC, mahfud lebih memilih mandi disana, sedangkan kami sisanya mandi bersama ditempat ini.

Di kamar mandi ini terdapat sebuah kolam air yang lumayan besar, dan sebuah sumur sebagai sumber airnya. Selesai mandi kami sempatkan untuk ikut shalat Isya berjamaah disini, karena sudah memasuki shalat Isya. Selepas shalat Isya, kami langsung kembali ke Homestay, disana rupanya telah tersaji menu makan malam kami.

Sampai di Homestay, aku langsung menjemur pakaian yang basah karena snorkelingan tadi. Setelah menjemur pakaian tersebut, aku langsung ke pendopo untuk menyantap makan malam. Huaaa…menu yang istimewa, banyak ikan bakar besar lengkap dengan sambal kecap, telah tersaji di meja ini. Tanpa komando aku langsung mengambilnya dan segera melahapnya.

Selesai makan, kami semua berbincang-bincang di pendopo ini, ada juga beberapa yang lebih memilih untuk beristirahat di homestay, karena mungkin sudah sangat lelah karena seharian beraktifitas tadi. Perbincangan kami lanjutkan di depan homestay sambil memandang pemandangan sekitar dan mendengar deru ombak, kami mulai menikmati malam ini.

Saat perbincangan akan dilanjutkan, aku meninggalkan mereka untuk membeli rokok di warung yang tadi kulewati sehabis mandi tadi. Aku ditemani oleh Ochie yang ingin ikut denganku, dan akupun pergi bersamanya sembari jalan-jalan disekitar pulau Sibesi ini. Setelah selesai aku dan Ochie kembali ke Homestay, dan kembali bergabung bersama teman-teman.

Kami yang belum ingin tidur, disini bersama naungan bintang dan rembulan, kami terus berbincang sembari menghabiskan malam. Rasanya kami enggan untuk melewatkan malam ini dengan tidur. Kami bernyanyi dengan alunan gitar hasil pinjaman dari Iwan, bernyanyi sampai kami bosan, bernyanyi sampai kami tak sanggup bernyanyi.

Malam sudah semakin larut, dalam suasana itu, seseorang (kalo gak salah pemilik Homestay) datang dan bergabung bersama kami, setelah sebelumnya aku memainkan beberapa permainan. Orang itu bercerita tentang apa-apa saja yang ada di Pulau ini, aku sangat senang mendengarnya dan aku ingin sekali mengetahuinya.

Namun rasa ingin tau ku tak berhasil melawan kantuk yang sudah amat sangat mendera, aku coba melawannya, namun aku tak berdaya. Akhirnya aku menuju flysheet diatas rumput itu, dan tubuhku terkapar diatasnya, tak berlangsung lama aku terpulas. Aku ingat saat itu masih ada Boim, Kelvin dan Vivi yang masih terjaga sambil mendengarkan cerita-cerita tersebut.

Sekitar jam 4 pagi, aku terbangun oleh ruihnya aktifitas teman-teman yang sudah terjaga. Yaa..aku memang harus terbangun, karena sekitar jam setengah 5 nanti kami akan menuju Gunung Anak Krakatau. Sebenarnya aku enggan untuk terbangun, karena kantuk ini masih sangat terasa membebaniku, namun aku harus melawan rasa itu, dan akupun berhasil.

Kami semua mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk trekking nanti, dan untuk snorkeling setelah trekking nanti. Itu semua harus kami bawa, karena selepas trekking kami langsung menuju Lagoon Cabe untuk snorkelingan. Barang-barang telah disiapkan, kini saatnya kami bergegas menuju Dermaga.

Sekitar jam 5 kurang, kami berangkat ke Gunung Anak Krakatau, langit masih gelap dan hanya kegelapan yang kami lihat dari atas Kapal Kayu ini. Kami sengaja bergerak subuh ini, dengan harapan bisa menikmati Sunrise dari Gunung Anak Krakatau. Akan tetapi keinginan itu harus kami kubur dalam-dalam, karena kami sudah terlambat berangkat.

Idealnya kami harus berangkat jam 4 pagi jika ingin menikmati Sunsire dari Gunung Anak Krakatau. Namun selain masalah waktu, faktor cuacapun menjadi penghambatnya. Langit sangat mendung pagi itu, jangankan melihat Sunsrise dari Gunung Anak Krakatau, melihatnya dari Kapalpun kami tak bisa, karena langit yang mendung tadi.

Jarak dari Pulau Sibesi ke Gunung Anak Krakatau lumayan sangat jauh. Setengah jam perjalanan, kami belum bisa melihat Gunung tersebut dari Kapal, mungkin karena jaraknya yang masih jauh, atau mungkin juga karena cuaca. 1 jam perjalanan, dan langit masih belum cerah, tampak dari kejauhan Gunung tersebut mulai terlihat.

Seiring Kapal yang terus berjalan, lambat laun Gunung tersebut makin terlihat dengan jelas, dan makin terlihat sangat jelas. Setengah jam sebelum tiba disana, terlihat sangat jelas Gunung Anak Krakatau sering mengeluarkan asap tebal yang membumbung tinggi ke angkasa, tidak jarang kami terus mengabadikan kejadian tersebut.

Setelah hampir 2 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di bibir pantai Gunung Anak Krakatau. Aahh…rupanya sudah banyak pengunjung yang telah tiba disini, tujuan merekapun sama dengan kami, yaitu ingin mendaki Gunung Anak Krakatau. Kami kemudian turun dan memijakkan kaki di pulau ini.

Sebelum kami mulai mendaki, Rangga lapor dan meminta izin kepada petugas yang sedang berjaga disini. Kami hanya diberikan izin mendaki hanya sampai patok 4, yaitu persis berada dibawah punggungan. Mengingat kondisi Gunung Anak Krakatau yang terus bergejolak, untuk itulah semua yang mendaki hanya diizinkan sampai patok 4.

Setelah mendapat izin dan melapor ke petugas, pendakianpun kami mulai. Aku berjalan di rombongan belakang, kami melewati jalan yang didominasi oleh pasir dan pohon-pohon cemara. Sesekali kami melewati batang-batang pohon yang tumbang. Tidak sampai setengah jam berjalan, langkah kami harus diakhiri disini, di patok 4.

Pendakian harus diakhiri disini, mengingat keadaan Gunung ini, maka petugas hanya mengizinkan pendakian sampai disini. Sebenarnya aku sangat ingin sekali mendaki sampai ke puncak punggungan itu, mungkin juga dengan yang lain, namun demi keamanan dan keselamatan kami semua, aku mengurungkan niat itu.

Walaupun hanya sampai patok 4, namun kami sudah bisa menyaksikan erupsi Gunung Anak Krakatau dengan sangat jelas. Sesekali asap tebal yang keluar dari Kawahnya melontarkan material bebatuan yang agak besar. Beberapa orang yang ada disini menjadi panik karena melihat hal tersebut, mereka berlarian turun, sampai-sampai ada yang terjatuh.

Wajar saja mereka berlarian, karena batuan tersebut jatuh kearah kami. Akan tetapi sebenarnya batuan tersebut jatuh di seberang punggungan ini, namun bukan tidak mungkin lontaran batuan tersebut bisa jatuh sampai ke tampat kami berdiri. Itu terbukti karena banyak terdapat bebatuan yang berasal dari kawah (mungkin) berada disini.

Setiap 5 sampai 10 menit sekali, Gunung Anak Krakatau sering mengeluarkan asap pekat yang menjulang dari dalam kawahnya. Aahh.. kondisi tersebut mengingatkanku pada sebuah Gunung yang berada di bagian timur Pulau Jawa. Namun dari berita yang kudengar Gunung tersebut sudah jarang mengeluarkan asap seperti dulu. Kami terpesona melihat semua ini.

Ternyata ada seorang warga asing (selain Kelvin) yang berada disini. Ia baru turun turun dari puncak punggungan itu didampingi oleh 2 orang petugas. Hmm…rupanya dia yang aku lihat tadi sedang mendaki kearah puncak punggungan itu. Aku lupa ia berasal dari mana, beberapa orang diantara kami meminta berfoto bersamanya.

Mungkin ia seorang peneliti Gunung api, hmm..entahlah. ia adalah seorang peneliti, dan maksud kedatangannya kemari ialah ingin meneliti, tutur seorang petugas yang berbincang kepada kami. Aku lupa ia ingin meleiti apa disini. Dan kata petugas ia juga sudah beberapa hari berada di Gunung Anak Krakatau.

Saat kami Tanya kenapa ia boleh keatas, sang petugaspun menjawab, ia ingin mengambil sebuah barang yang tertinggal disana saat penelitiannya kemarin. Untuk itulah ia diizinkan naik keatas, akan tetapi juga wajib didampingi. Sang warga asing itupun menunjukkan barang yang berhasil ia ambil kembali kepada kami, barang tersebut ialah kekeran (begitu aku menyebutnya :D).

Mata kami tak bosan memandang ke arah letupan, kami terus berada disini sambil berfoto-foto dengan asap tebal yang menjadi backgroundnya. Satu persatu semua yang ada disini kembali turun kebawah, beberapa dari kami masih enggan untuk kembali turun, karena masih ingin berada disini, menikmati semua ini.

Kira-kira waktu telah menunjukkan jam 9, dan kini saatnya kami harus rela meninggalkan tempat ini dan kembali turun. Rasanya ingin berlama-lama disini, namun waktu jua yang memisahkan. Kamipun bergegas turun, sesekali wajahku selalu memandang kebelakang, itu selalu kulakukan saat menuruni Gunung.

Karena aku berfikiran, jika kita meninggalkan tempat yang kita senangi, dan saat berjalan meninggalkannya selalu mengengok kebelakang dan memandang ketempat itu, kita akan bisa kembali ketempat tersebut. Udah ada yang pernah ngalamin?.

Kami turun melewati jalur yang tadi kami lewati saat naik, sesampainya dibawah kami tidak langsung ke Kapal. Kami menyempatkan diri untuk sarapan disini, srapan yang telah dibawa dari Pulau Sibesi tadi, yaa…kami memang berencana untuk sarapan disini. Sarapan 1 bungkus nasi uduk, dengan lauk telor, gorengan dan krupuk, sudah sangat mengenyangkan perut kami.

Selepas sarapan, kami bergegas menuju Kapal, setelah sebelumnya berpamitan kepada petugas yang sedang jaga disini. Kami berharap bisa kembali lagi kesini, dan diperbolehkan untuk naik sampai puncak punggungan itu. Kami naik ke Kapal kayu, dan perlahan kami meninggalkan daratan itu.

Mataku terus memandang kearah Gunung itu, tak bosan kupandangi selalu. Tempat selanjutnya yang akan kami kunjungi yaitu Lagoon Cabe, spot snorkeling terakhir sebelum kami menuntaskan perjalanan ini. Aku rebahan diatas Kapal, tanpa sadar aku tertidur dalam dekapannya.

Aku terbangun setelah aku merasa Kapal telah berhenti, aahh…rupanya kami telah sampai di Lagoon Cabe. Entah berapa lama perjalanan kesini, aku tidak tau, yang aku tau akau tertidur. Aku sudah bisa melihat hamparan karang dan ikan-ikan dari atas Kapal, visibilitnya sepertinya bagus, beda dengan spot yang kemarin.

Aku masih berada di Kapal dan menikmatinya pemandangan bawah lautnya dari atas sini. Aku masih enggan turun menceburkan diriku ke airnya, dan saat itu aku menghabiskan waktu dengan memasak air untuk meyeduh kopi, ditemani oleh Uchit dan Ochie.

Sayup-sayup terdengar dari suara mereka yang sedang bersnorkelingan, yang mengatakan pemandangan bawah lautnya bagus, dan ikan-ikannya pun banyak. Namun aku tetap berada diatas Kapal, dan melihat-lihat meraka yang sedang asik menikmati suasana itu.

Dan kini saatnya aku menceburkan diriku ke air laut itu, setelah sebelumnya mendapatkan pinjaman alat Snorkeling dari Wawan. Benar saja pemandangan bawah lautnya lebih indah dibandingkan dengan spot snorkeling sebelumnya. Disini masih banyak terdapat karang-karang hidup.

Tanpa sadar, ternyata jam hampir menunjukkan pukul 11 siang, kegiatan ini harus segera kami sudahi, karena kami harus segera kembali ke Pulau Sibesi. Tidak sampai setengah jam aku snorkelingan, aku kemudian naik lagi ke Kapal, lumayanlah itu sudah sangat membuatku puas.

Karena jarak dari Lagoon Cabe ke Pulau Sibesi sangat jauh, untuk itulah kami harus segera kembali pada jam 11, dengan asumsi sekitar jam 1an kami sudah tiba di Sibesi, mungkin bisa lebih. Semua telah naik ke Kapal, kini saatnya kami kembali mengarungi lautan selama 2 jam lebih, dan lagi-lagi aku tertidur diatas Kapal.

Aku terbangun sesaat sebelum Kapal merapat di Dermaga Pulau Sibesi, kami segera menuju Homestay, beres-beres, mandi dan makan siang sebelum meninggalkan Pulau Sibesi untuk kembali ke Canti. Sampai di pendopo homestay, menu makan siang telah tersaji di meja itu, menu terlihat begitu mengundang selera.

Namun sebelum makan siang, aku lebih memilih untuk mandi terlebih dahulu. Aku, Kelvin, Uchit dan Ikhwan mandi di tempat semalam, yaitu di dekat masjid. Juppy, Rangga, dan Jiteng yang semalam tidak mandi di tempat itu, kini ikut bersama kami mandi ditempat semalam kami mandi.

Sampai di tempat mandi tersebut, aahhh… rupanya ada Wawan dan Mahfud yang telah selesai mandi ditempat ini, waahh…nyolong start mereka. Kami semua sudah berada didalam, aku lalu mengatakan sesuatu pada Jiteng, bahwa kalo air yang ada di kolam tidak boleh dipake untuk mandi.

Jiteng yang baru pertama kali mandi disini, tidak berani menciduk air tersebut dengan gayung, ia tampak kebingungan. Yang lain juga tidak ada yang berani menciduknya, ehehe..mungkin mereka sadar kalo aku sedang berbohong. Aku menciduk air dari kolam itu, melihat kejadian itu sontak Jiteng langsung berceloteh kepadaku.

Hahahah…aku tertawa terbahak-bahak, begitupun juga yang lain, ternyata Jiteng terjebak dalam kebohonganku. Dan kamipun semuanya mandi dengan tenang dengan sedikit jahil-jahilan dan canda-candaan. Selesai mandi, kami kembali ke Homestay, setelah sebelumnya menyempatkan diri beribadah di Masjid ini.

Sampai di homestay, kami yang baru selesai mandi kemudian menyantap menu makan siang. Selepas makan siang, kami semua mempacking barang-barang. Sebelum benar-benar meninggalkan tempat ini, beberapa dari kami menyempatkan diri untuk mereguk segarnya air kepala muda Pulau Sibesi.

Semuanya telah beres, kini saatnya kami meninggalkan tempat ini, setelah sebelumnya berpamitan kepada pemilik homestay. Kami menuju Dermaga, berat rasanya kaki ini melangkah, meninggalkan anggunnya Pulau Sibesi. Mataku tak bisa lagi melihat Gunung Sibesi itu keesokan hari, tapi aku yakin suatu saat aku bisa kembali lagi kesini. SAYONARA….!!!

Dalam perjalanan kembali ke Canti, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan tidur, entah yang lain juga seperti itu atau tidak. Aku bangun karena dibangunkan oleh temanku ketika Kapal hendak bersandar di dermaga. Aaahh..akhirnya aku kembali melihat tempat ini, akhirnya aku bisa melihat Gunung itu lagi, akhirnya aku bisa menghirup sejuknya angin ini.

Kemudian kami menuju Bus yang sedang terparkir disitu, kini saatnya putaran roda-roda yang akan mengantarkan kami pulang. Namun itu hanya berlansung sekitar 1 jam, kami masih harus menikmati perjalanan mengarungi lautan menggunakan Kapal, namun bukan Kapal Kayu yang akan digunakan, tetapi Kapal Ferry.

Selepas mengarungi selat sunda, kini saatnya kami kembali mengarungi jalan darat Pulau Jawa, kini saatnya putaran Roda benar-benar membawa kami kembali ke Jakarta, dan menembus damainya malam. Terima Kasih Tuhan, Terima Kasih untuk kalian yang ikut dalam perjalanan ini. Terima Kasih Krakatau, Terima Kasih Sibesi.

Day 29, COMPLETED.

No comments:

Post a Comment