Tuesday 4 October 2011

Menuju Gunung Argopuro


Kamis, 1 september 2011
Jam setengah 2 siang aku telah sampai di halte Busway Ps Senen. Aku keluar halte, dan melangkahkan kaki dijalan beraspal untuk segera menuju Stasiun. Sesekali kukeluarkan langkah seribu agar cepat sampai di stasiun, karena tak ingin ketinggalan kereta.

Dengan nafas yang ngos-ngosan dan beban dipundak, akhirnya aku sampai di stasiun sebelum kereta berangkat. Aku segera menemui Ikhwan yang sedari tadi telah menunggu, rupanya ia tidak sendiri, ia ditemani Heni. Namun kelelahanku harus dibayar mahal, karena kereta yang akan aku tumpangi bukanlah kereta yang akan berangkat jam 2 kurang.

Kereta yang akan kami tumpangi baru berangkat jam setengah 4, karena kereta yang jam 2 kurang, sudah tidak bisa menampung lagi penumpang. Arrrrggghhh…sialan, tau gitu tadi gak usah pake lari-lari untuk mencapai stasuin. Itu karena si Ikhwan tidak memberitahu, mungkin agar aku cepat sampai ke stasiun, dan sudah tidak betah untuk menungguku.

Ya sudahlah, semua telah terjadi, yang menting intinya aku tidak tertinggal kereta. Akhirnya aku, Ikhwan dan Heni berbincang sembari membunuh waktu. Beberapa jam sebelum keberangkatan kereta, Heni berpamitan untuk pulang, tinggallah kami berdua. Ikhwan mengajak aku untuk ketempat dimana ia menaruh tasnya, ternyata ditempat itu, banyak juga para pendaki.

Dan kamipun bergabung dengan mereka, dan berbincang-bincang dari yang penting sampai hal yang tidak penting. Keadaan stasiun sangatlah ramai, sepertinya banyak dipenuhi oleh mereka-mereka yang akan mudik. Setengah jam sebelum jadwal keberangkatan, kami memasuki area dalam stasiun.

Kereta Matarmaja Lebaran tujuan akhir Malang telah tiba beberapa menit setelah kami masuk ke area stasiun. Kami mendapat jatah di gerbong 3. rangkaian gerbong 3 berhenti tepat di depan kami, kami enggan untuk ikut berdesak-desak masuk kedalam. Setelah semua penumpang di gerbong 3 naik, baru kami naik.

Tak berselang lama, kereta berangkat, telat sekitar 20 menit dari jadwal yang tertulis di karcis. Akhirnya kini saatnya kami menikmati perjalanan jauh dari Jakarta ke Malang. dengan kondisi kereta yang tidak begitu penuh, sepertinya perjalanan akan terasa sangat nyaman dan bisa dinikmati, dan…benar saja.
 
Jumat, 2 september 2011
Sekitar Jam 9 lewat, kereta yang kami tumpangi telah sampai di Stasiun Malang, mendadak kereta jadi kosong, karena stasiun ini menjadi tujuan akhir. Kami turun lalu bergegas keluar stasiun untuk menemui Omi yang sudah tiba terlebih dahulu. Di depan pintu masuk kami bertemu dia, dan lengkaplah sudah personil untuk pendakian nanti.

Hal yang sering aku lalukan jika di stasiun Malang ialah, menyempatkan diri untuk makan bakso yang ada di sekitar stasiun. Aku menuju tempat dimana tukang bakso itu menjual dagangannya, sesampainya aku langsung memesan 1 porsi bakso. Ikhwan lebih memilih untuk mandi, sementara Omi menemaniku yang sedang makan.

Tak merasa cukup 1 porsi, aku kemudian meminta kepada tukang bakso untuk memberikanku 1 porsi lagi. Dan 2 porsi bakso membuat aku puas menikmatinya. Selepas mandi ikhwan juga memesan bakso, dan kini saatnya Ikhwan yang menyantap bakso tersebut, ditemani aku dan Omi yang akhirnya menimbulkan obrolan-obrolan singkat. 

Kira-kira jam 11 siang, kami bertiga memutuskan untuk menuju terminal Arjosari. Dengan menumpang angkot yang berada di sebrang stasiun, kamipun bergerak. Menjelang jam 12 siang, kami telah sampai diterminal Arjosari, dan kami harus membayar Rp 5000/orangnya.

Waaahhhh…rupanya angkot disini juga menggunakan tuslah, karena tarif normalnya ialah Rp 2500/orang, gila..tuslahnya mencapai 100%, ya..sudahlah. karena aku dan Ikhwan adalah kaum Adam, kami bergegas mencari musollah untuk shalat Jumat. Waktu yang sempit membuat kami harus cepat dapat musollah.

Dari ceramah yang terdengar melalui speaker, dan sempat bertanya, kami langsung menuju sumber suara tersebut yang sepertinya tidak begitu jauh. Waktu semakin sempit, karena shalat jumat akan segera dimulai. Dan Alhamdulillah, selepas Qhomad kami telah sampai di Musollah tersebut.

Kami menitipkan barang-barang di warung yang berada persis di sebelah musollah tersebut, dan Omi yang menjaganya, karena ia tidak shalat jumat. Dan akhirnya kamipun bisa melaksanakan shalat jumat. Selesai aku dan Ikhwan melaksanakan shalat Jumat, kami menyempatkan diri untuk makan siang di warung tersebut.

Sebelum makan aku memesan kopi terlebih dahulu dan beberapa kali membaca buku yang kubawa tentang pendakian ke Argopuro dan dari sumber-sumber yang aku kumpulkan. Maklum saja diantara kami bertiga belum ada satupun yang pernah mendaki ke Argopuro. salah satu rekan yang rencananya ikut dan menjadi penunjuk jalan, dengan sangat terpaksa harus membatalkan keikutsertaannya.

Setelah membaca buku dan sumber dirasa cukup, akupun memesan makan kepada pemilik warung, menu nasi rawon menjadi pilihan. Sesekali aku bertanya kepada cempluk yang kebetulan menelfonku mengenai jalur-jalur Argopuro. Info yang dia berikan selalu kuingat, dan kucatat dalam secarik kertas.

Selepas aku, Ikhwan dan Omi selesai makan siang, kami memutuskan untuk bergerak menuju Probolinggo dengan menggunakan Bus. Bus LADJU dengan tujuan Jember via Probolinggo menjadi bus yang kami tumpangi, dengan tariff Rp 12000/orang. Dan kini saatnya kami mulai menikmati perjalanan menuju Probolinggo. 

Disela-sela perjalanan, aku sering berSMSan dengan Hero, tapi ada 1 SMS yang membuatku paling senang, Hero memberikanku no si Devim. Otak licik langsung berbicara “hahah…mudah-mudahan bisa diculik buat nganterin”, mendapat SMS yang berisi no tersebut, aku segera mengSMS Devim.

Hiks!! Namun sayang, ia tidak bisa mengantarkan kami, karena malamnya ia akan mudik. Itu salah kami, karena memberi kabar yang mendadak :D. ya..sudah akhirnya pendakian ini benar-benar harus kami lakukan bertiga.

Sembari berSMSan dengan Devim, aku tak henti-hentinya menanyakan jalur-jalur yang akan kami lewati nanti dan kemana kami setelah tiba di Terminal Probolinggo. Info yang ia berikan selalu kuingat, dan kami berencana untuk ketemuan di Terminal Lama Probolinggo, tempat dimana Bus yang akan mengantarkan kami ke Krucil sedang menunggu penumpangnya. 

Jam 4 sore, akhirnya kami tiba di terminal baru Probolinggo, ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di kota yang pernah diserang hama ulat bulu. Kami bergerak keluar terminal dan naik angkot menuju terminal lama, setengah jam berlalu kamipun sampai diterminal lama, dengan membayar ongkos Rp 3000/orang.

Devim yang telah menunggu kami, menyambut dari sebrang jalan tempat kami turun dari angkot. Kami bergerak ke sebrang jalan, dan berjabat tangan dengannya. Sementara bus AKAS yang akan membawa kami telah menunggu. Sayang gak sampai 2 menit kami berbincang dengan Devim, karena bus yang kami tumpangi akan segera berangkat. 

Padahal banyak yang aku ingin tanyakan ke Devim, tapi keadaan tidak memungkinkan. Dan pertanyaan tersebut akan kulanjutkan melalui SMS. Akhirnya bus berangkat, mungkin kalo Devim tidak menunggu kami, kami akan ketinggalan bus yang terakhir ini, kalian pasti mengerti maksudnya. Thanks ya Dev :) .
Kini saatnya perjalanan dilanjutkan lagi, bus berjalan perlahan tapi pasti, dan membayar ongkos sebesar Rp 12000 perorang. Satu jam setelah perjalanan, aku memilih untuk tidur, lumayanlah..karena masih dibutuhkan kira-kira satu setengah jam lagi untuk sampai ke tujuan. 

Tak terasa, kami sudah sampai di tujuan pada jam 7 malam. Kami turun tepat di depan Polsek Krucil, setelah sebelumnya diberitahu oleh sang kondektur bus. Kami sempat ragu, apakah benar ini Polsek yang dimaksud, yaitu tempat untuk mengurus izin pendakian via Bremi. Setelah bertanya-tanya, kamipun yakin inilah Polsek yang dimaksud. 

Kamipun menuju ke dalam Polsek, Pak Chamsul yang saat itu sedang bertugas dan membawa keluarganya menyambut kami dengan ramahnya. Untuk perizinan kami hanya harus mengisi buku tamu, kami harus mengisi data-data kami di buku tersebut, sesekali aku melihat-lihat nama-nama di buku tersebut. 

Karena pendakian dilakukan keesokan harinya, kami memutuskan untuk menginap di Polsek. Sebenarnya ada penginapan di dekat Polsek, tapi kami lebih memilih untuk menginap di Polsek, karena faktor GRATIS yang menjadi tujuan utama :D. kami memilih untuk tidur di ruang tahanan, dan kami diizinkan untuk tidur di ruang tersebut. 
Sebenarnya ada ruangan yang biasa digunakan oleh pendaki jika menginap disini, tapi kami lebih memilih menggunakan ruang tahanan untuk kami menghabiskan malam. Sebelum tidur kami sempatkan makan malam di ruangan ini, setelah sebelumnya membeli nasi dan lauknya di lokasi yang dekat dengan Polsek. Selepas makan kamipun menghabiskan malam dengan tertidur pulas.


bersambung

No comments:

Post a Comment