Sunday 31 July 2011

Cikuray...oh Cikuray



Malam itu, di sebuah daerah yang bernama kampung rambutan, sekelompok muda mudi telah berjanji bertemu  di tempat ini, untuk satu tujuan, yaitu mendatangi gunung Cikuray di kota Garut. pukul 8 malam aku telah sampai di tempat yang telah disepakati bersama, kulihat Reddy telah sampai terlebih dahulu, aku langsung menghampirinya seraya berkata “yang lain mana?”, “masih di jalan kali?” jawabnya.
Tak beberapa lama datang 3 orang pemuda dengan tas di punggungnya, “hmmm…sepertinya mereka mau mendaki”, ungkapku dalam hati, mereka tampak sedang menunggu temannya. Rasa ingin tahu membuatku memberanikan diri bertanya pada mereka“mau kemana bos?”  tanyaku,“mau ke Cikuray”  jawab salah satu dari mereka“waahh…sama dong, gue juga mau kesana” seruku“Cuma berempat aja?” tanyaku kembali,“gak mas, ini lagi nunggu temen juga”, “katanya sih mau bareng sama anak JPers?!!” jawab mereka. Sontak akupun langsung terkejut, ternyata mereka sedang menunggu anak Jpers.
Iseng-iseng ku coba tanya lagi “hmm…jangan-jangan ini temennya Cristin?” tanyaku dalam hati. Benar saja rupanya mereka adalah temannya Cristin (seorang teman yang belum aku kenal). Akhirnya aku dan Reddy memperkenalkan diri kepada mereka, karena kamilah yang mereka cari, setelah mereka tahu siapa kami, aku dan reddy mengajak mereka untuk duduk-duduk di depan sebuah warung waralaba sambil menunggu teman-teman yang belum datang.
Satu persatu teman mulai berdatangan, tampak 4 orang wanita berkerudung menghampiri kami yang sedang asyik ngobrol-ngobrol. setelah aku tahu, ohh..rupanya itu si Cristin, dia bersama 3 orang temannya yaitu Mita (bukan personil the Virgin :P), Nuryana (yang lebih senang dipanggil Qbee), dan Dian. Beberapa menit kemudian Ikhwan dan Ayu akhirnya tiba, setelah mengadakan pembicaraan kecil, rupanya inilah seluruh team yang akan berangkat, dikarenakan ada beberapa teman yang memutuskan untuk membatalkan ikut.
Pukul 11 malam, kami semua (yang tegabung dari ibu-ibu pengajian :D, anak-anak ASPAL dan JPers) mulai mencari Bus tujuan Garut. Terlihat Bus tujuan Garut telah penanti penumpangnya, aku mencari sang kernet guna menegosiasi harga, negosiasi tidak berhasil, sang kernet terus merayu sambil berkata “ini yang terakhir mas”, tapi aku tidak sedikitpun termakan rayuannya.
Karena negosiasi tidak berhasil, kami semua memutuskan untuk menunggu Bus selanjutnya, kami menuju  sebuah warung kopi untuk menunggu Bus tujuan Garut selanjutnya sembari membunuh waktu sambil minum kopi, ada pula yang memesan mie rebus. Akan tetapi yang dikatakan kernet tadi benar, bebarapa jam berlalu tak jua kami temukan Bus tujuan Garut, rupanya benar itu Bus terakhir dengan tujuan akhir Garut.
aku mempunyai perasaan bersalah saat itu, terlebih lagi setelah mengetahui seorang teman sedang menuju ke Garut, yang diperkirakan subuh hari nanti dia akan tiba di terminal Guntur, Garut. maafkan aku semuanya, karena aku kalian jadi terlantar. Tampak wajah-wajah lusuh dan ngantuk menghinggapi mereka, aku dan Reddy berupaya menghibur mereka, tetapi apa daya rasa ngantuk mengalahkannya, dan sebagian memilih untuk menikmati malam sembari berbaring dan tertidur di sebuah bangku panjang sambil menunggu Bus tujuan Garut datang.
aku mulai terbunuh suasana saat itu, tetapi perasaan bersalah membuat diriku amat sukar untuk dibunuh suasana itu, aku lantas bebincang-bincang dengan si empunya warung, Reddypun ikut menemani. Sang pemilik warung memberiku saran supaya ke pasar Kramat Jati, mencari truk sayur yang akan pulang menuju Garut untuk kami tumpangi, “hmm..saran yang sangat bagus, daripada terdampar disini”, “dan gak ada salahnya untuk dicoba” (hitung-hitung nebus rasa bersalahku)ungkapku dalam hati.
Akhirnya aku dan Reddy bergegas menuju pasar Kramat Jati dengan menumpang ojek, setelah sebelumnya memberitahukan kepada teman-teman. Sesampainya di pasar Kramat jati aku dan Reddy ditemani si tukang ojek mulai mencari truk-truk perplat Garut, akan tetapi setelah beberapakali coba mencari tak satupun ada yang mau, dikarenakan si pengendara truk baru akan pulang pagi nanti, sekalinya ada yang mau harganya tidak sesuai, dikarenakan sudah dihandle oleh sang calo.
Aku dan Reddy akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat dimana teman-teman sedang menunggu (warung), dengan tampang lesu aku menceritakan pengalaman tadi sewaktu di Kramat Jati, terlebih lagi setelah aku dan Reddy kena tipu oleh si tukang Ojek, membuat tampangku semakin lesu. Akhirnya kami semua menunggu kembali Bus tujuan Garut, aku memutuskan untuk tidur-tiduran di bangku panjang yang berada persis disebelah warung.
Beberapa jam menunggu akhirnya pada pukul 5 pagi Bus tujuan Garut datang, kami lantas langsung menaikinya dengan melakukan negosiasi sebelumnya, keadaan Bus pagi itu tidaklah begitu penuh, mungkin karena masih subuh. Bus non AC dengan keadaan yang tidak begitu bagus perlahan mulai meninggalkan Jakarta dengan kecepatan yang tidak begitu kencang.
Bus telah sampai di Ciawi, tampak beberapa penumpang menaiki Bus ini, yang menjadi perhatianku ialah 3 orang pemuda yang duduk tidak begitu jauh di depanku dengan membawa tas layaknya orang yang ingin mengunjungi gunung, “kayanya tuh orang mau naik gunung deh” tanyaku dalam hati.
Sesuatu kejadian terjadi, saat kami baru memasuki Cianjur tiba-tiba suara ledakan telah menggangu kenyamanan penumpang, terlihat kepulan asap di sebelah kanan, setelah diperiksa rupanya ban Bus bocor, mungkin karena terlalu panas makanya mengeluarkan asap. Satu persatu penumpang turun melihat keadaan ban tersebut, ada juga yang masih berada di dalam bus, tetapi karena rasa gerah dan panas akhirnya mereka turun juga, kami telah turun beberapa menit setelah kejadiaan tersebut.
Ada yang pada makan, ngerokok, ngobrol-ngobrol, nyari toilet, itulah aktifitas yang kami dan mereka lakukan sambil menunggu sang awak Bus mengganti ban. Disela-sela menunggu ban diganti, aku ngobrol dengan salah satu dari 3 pemuda yang naik dari Ciawi tadi, setelah bertanya rupanya mereka ber3 juga mau ke Cikuray, “waaahh…kebetulan, gue-gue orang juga mau ke Cikuray” jawabku kepada salah satu rekannya.
Ban Bus telah diganti, kamipun mulai menaiki Bus, dan Buspun berangkat dengan mulus, disela perjalanan aku lebih memutuskan untuk tidur, rasa ngantuk yang masih menggelayut dikarenakan semalam belum sedetikpun tertidur, dan sampai akhirnya kami semua tiba di terminal Guntur, Garut.
Sampai di teminal Garut, kami langsung menuju Mushollah yang berada di seberang jalan, untuk menemui seorang teman yang telah menunggu sedari pagi tadi, begitupun juga dengan 3 orang pemuda yang baru di kenal saat di Bus tadi, dikarenakan mereka juga ingin bareng mendaki Gunung Cikuray, dan ketiga orang itu bernama Cokro, Riza dan Femi.
Sesampainya di Mushollah kami bertemu dengan seseorang yang akan mengantarkan kami untuk mendaki Cikuray, dan orang itupun bernama Baduy (yang mempunyai nama asli Yudi), di sana kami beristirahat, shalat dan makan. Sembari beristirahat aku dan Baduy pergi ke terminal untuk mencari angkutan yang rencananya akan kami carter untuk mengantar kami ke kaki gunung Cikuray, tak berapa lama mencari, aku dan Baduy berhasil mendapatkan angkutan (angkot) dengan harga yang telah berhasil dinegosiasi, yaitu 15.000/orang.
Kami mencarter 2 angkot, setelah berhasil mendapatkan angkot, aku dan Baduy kembali ke Mushollah tempat dimana teman-temanku beristirahat. Sampai di Mushollah kami semua mulai bersiap membereskan barang bawaan kami, dan sambil membawanya ke tempat dimana angkot telah menunggu kami, yaitu didepan sebuah gang Mushollah tersebut. Kami naikkan barang-barang bawaan, dan perlahan angkot mulai berjalan mulus menuju Gunung Cikuray.
Sesampainya di kaki Gunung, kami mulai memasuki kawasan perkebunan teh, rencananya kami akan diantar sampai relay, akan tetapi angkot yang kami tumpangi tidak kuat untuk naik ke atas. Akhirnya kami memutuskan untuk turun disebuah perkebinan teh yang jaraknya tidak begitu jauh dari relay, tetapi lumayan jauh jika dilewati dengan berjalan kaki :p.
Kami mulai berjalan kaki melewati jalan setapak perkebunan teh, tampak relay-relay pemancar stasiun televisi telihat, sebagian memilih untuk melewati jalan menurun lalu menanjak, akan tetapi demi keamanan aku dan beberapa wanita memilih untuk melewati jalur yang landai dan menanjak sedikit, akan tetapi jalannya menjadi jauh karna kami harus memutarinya, sedangkan jalan menuju relay berada tepat didapan dimanakami berdiri.
Aahh..akhirnya kami sampai juga di relay, kami memutuskan untuk mendaki keesokkan harinya berhubung hari hamper menjelang sore. Kami mulai mencari tempat datar untuk mendirikan tenda, setelah memilih-milih akhirnya kami mendapatkan tempat untuk membuka tenda, kami mulai mendirikan tenda, 3 buah tenda dan 1 tenda mungil telah berhasil kami dirikan, saatnya kami beristirahat.
Malampun tiba, malam itu kami isi dengan obrolan-obrolan yang diisi dengan tawa dan canda khas anak-anak muda, memasak bersama sambil dibumbui cerita-cerita. Tenda biru yang di huni oleh aku, Reddy, Ikhwan, Ayu dan Baduy, mulai memasak didepan tenda, tenda itu dihuni oleh anak-anak komplek.
Sementara tepat disebelahnya terdapat tenda biru kecil yang hanya dihuni oleh barang-barang yang kami bawa, dan di sebelahnya lagi terdapat tenda, hmm…tenda apa yak nyebutnya??, yang dihuni oleh Cristin dkk yang kami panggil anak kampung :D, dan di sebelahnya terdapat tenda kuning, yang dihuni oleh anak-anak Bogor yaitu Cokro dkk.
Malam itu menjadi sangat seru, pergaulan antara anak komplek dengan anak kampung, bercengkrama dengan baik. Di tenda biru terjadi kesibukan yang amat luar biasa, seorang chef lelaki yang mengaku sebagai farah quin, mulai melakukan atraksinya guna untuk makan malam anak-anak komplek, sementara di tenda anak-anak kampung tidak kalah heboh, seorang chef yang berpengalaman mulai bengerakkan tangan-tangan kasarnya, di tenda kuning kegiatan juga gak jauh beda.
Makanan telah siap, kami semua makan bersama di depan tenda masing-masing, disela acara makan aku menyempatkan diri untuk mengunjungi tenda anak kampung, ngobrol-ngobrol dengan penghuni tenda itu, perbincangan yang sangat menarik. Dan sampai akhirnya malampun membawa kami terlelap, ditengah belaian angin dan berlindung dibawah tenda-tenda yang akan melindungi kami dari dingin dan angin di kaki Gunung Cikuray.
Pagi menjelang, pendakian itupun akan segera dimulai, menyiapkan sarapan pagi, membereskan barang-barang. setelah selesai kami mengadakan rapat kecil-kecil, kami mengadakan rapat untuk mengambil keputusan, apakah akan ngecamp lagi atau naik tektok, berhubung pertimbangan waktu akhirnya kami semua putuskan bahwa pendakian akan tektok alias naik hari itu turun hari itu juga.
Berhubung kami akan tektok kami memutuskan untuk tidak membawa semua barang-barang kami, atas kebaikan sang penjaga di salah satu relay, kami menitipkan barang-barang bawaan kami di relay tersebut, “terima kasih pak”. Kami membawa barang-barang yang hanya kami perlukan saja, seperti jas hujan, makanan, alat masak dan air minum, sisanya dititipkan.
Akhirnya pendakian itu dimulai, akan tetapi team Bogor tidak ikut naik bareng kami, karena mereka masih menunggu 2 orang temannya yang akan menyusul, dan kamipun mulai berpamitan dengan mereka. Perjalanan itu dimulai, kami melewati rapatnya perkebunan teh yang mempunyai jalur berfariasi, naik turun dan datar. Lalu kami mulai memasuki batas antara hutan dan perkebunan teh, yang biasa di sebut pintu rimba, dari sini jalur mulai terus menanjak dan di oleh pohon-pohon khas jawa barat.
Aku, Ikhwan dan reddy lebih memilih untuk jalan dibelakang, sementara Ayu, Cristin dan rombongan pengajiannya berserta anak-anak ASPAL berjalan di depan dengan dileaderi oleh Baduy, aku sangat nyaman berjalan dibelakang karena bisa lebih santai dan lebih banyak istirahat, sementara rombongan depan berjalan dengan gagah perkasa. Yap!! aku, Ikhwan dan Reddy lebih banyak ngobrol dan beristirahat, sehingga membuat kami bertiga jauh tertinggal.
Ditengah kami bertiga beristirahat, aku memutuskan untuk jalan sendiri dengan asumsi Ikhwan dan Reddy pasti akan mengejarku, akan tetapi semakin aku berjalan dengan santai Ikhwan dan Reddy belum juga menyusulku, aku memutuskan untuk menunggu mereka berdua. Disela aku menunggu mereka, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, kuambil jas hujan yang berada di tasku.
aku berlindung dibawah pepohonan sambil menunggu mereka berdua, akan tetapi setengah jam menunggu mereka belum datang juga, karena dingin yang mulai menusuk kulit, akhirnya aku putuskan untuk kembali berjalan. Jalan amat sangat becek layaknya seperti saluran got, air yang turun dari atas jalur membuat langkahku menjadi lambat dan jalan menjadi amat sangat licin.
Ditengah kuberjalan, aku putuskan untuk meneduh dibawah batu yang lumayan agak besar, sembari menunggu Ikhwan dan Reddy menyusul. Sambil menunggu, aku menghisap rokok yang kubawa untuk menghilangkan sedikit rasa dingin, akan tetapi sebatang rokok telah habis mereka berdua belum juga datang, akhirnya aku memutuskan untuk kembali berjalan, hiks!! Rasa lapar mulai menghantam perutku.
Ditengah perjalanan aku berjumpa dengan pendaki yang turun, iseng-iseng aku tanya pada salah satu dari mereka “mas yang diatas masih jauh gak?”, “gak jauh kok mas” jawabnya, “temen-temennya ya mas?” Tanya kembali, “iya” jawabku, “oke mas makasih”serayaku kepada mereka. Berhubung makanan dibawa oleh temanku yang sudah diatas, dan rasa lapar yang semakin menghujam lambungku, akhirnya aku putuskan untuk mengejar mereka, dan akupun berjalan dengan cepat untuk mengejar mereka, hmm..biarlah Reddy dan Ikwan aku tinggal, lagipula mereka berdua dan membawa makanan.
Sekitar setengah jam berjalan, akhirnya aku menemukan teman-temanku yang tadi berada di depan, syukurlah aku bisa menyusul mereka, aku langsung meminta makanan, yang saat itu ditaruh di tasnya Ayu, dan Ayupun mengeluarkannya. Alhamdulillah,, sedikit demi sedikit rasa sakit akibat hantaman lapar perlahan mulai hilang seiring dengan beberapa suap makanan yang masuk ke perutku, dan merekapun bertanya “Reddy sama Ikhwan mana?”, “masih dibawah, tadi gue nunggu mereka lama banget, makanya gue tinggal, soalnya gue laper banget” jawabku.
Selesai makan, aku mulai melanjutkan perjalanan lagi, hujanpun sedikit demi sedikit mulai berhenti, hanya gerimis yang turun membasahi badan dan tanah serta rasa dingin yang semakin terasa. Aku memutuskan untuk berjalan bersama teman-temanku, kecuali Reddy dan Ikhwan yang masih tertinggal di belakang, jalan sangat licin karena sisa air hujan yang terus mengalir dari atas, jas hujanpun sudah tak mampu menahan air hujan yang turun dengan sangat deras tadi.
Kami terus berjalan tanpa henti, selangkah demi selangkah jalan setapak telah kami lahap, dan sampai akhirnya kurang lebih jam 4 sore kami tiba dipuncak. Syukur alhamdulillah akhirnya kami sampai di puncak Gunung Cikuray, tak banyak aktifitas yang kami lalukan di puncak, kami lebih sering berlindung di dalam sebuah bangunan guna menghindari angin yang sangat kencang, yang membuat tubuh mengigil kedinginan.
Seiring berlindung, gerimispun mulai berhenti, kami coba untuk keluar, akan tetapi kabut tebal menghalangi kami untuk menikmati pemandangan dari atas puncak. Kabut tebal itupun sepertinya enggan untuk pergi, akhirnya kami memutuskan untuk masuk lagi kedalam karena tidak kuat menahan dingin diluar.
  
Sementara Cristin dan teman-teman sedang asyik melakukan selebrasi diluar, sepertinya mereka sibuk berfoto-foto ria. Tetapi aku, Ayu dan Baduy lebih memilih untuk didalam sembari mencoba membuat perapian untuk menghangatkan badan. Jujur saja sedikitpun aku tidak bernafsu untuk foto-foto diluar, selain kabut tebal (yang sudah pasti membuat hasil foto tidak bagus), rasa dingin yang teramat sangat membuatku tidak berminat untuk foto-foto, begitupun dengan Ayu dan Baduy.
  
Angin berhembus sangat kencang, hingga suaranyapun amat sangat terdengar ditelinga, akan tetapi perapian yang kami buat selalu gagal, untunglah tembok gagah bangunan tersebut mampu sedikit menghalangi dingin yang menusuk sekujur badan. Cristin dan teman-temannya masuk kembali kedalam, sepertinya selebrasi mereka telah selesai??!!.
Setelah semuanya masuk, kami mulai memasak menu makan siang yang kesorean, tak terlalu lama menunggu, masakan yang di buat salah satu koki handal telah berhasil dibuat, kami melahap dengan penuh semangatnya, tak lupa kami sisakan untuk teman kami yang masih dalam perjalanan.
Kami sudah kenyang melahab makanan, sementara nasi dan lauk untuk 2 orang telah kami pisahkan untuk Ikhwan dan Reddy yang masih belum juga sampai. Hampir 1 jam berada di puncak, akhirnya ikhwan nyampe puncak dan langsung masuk kedalam, “lah reddy mana?” Tanya kami. dengan suara yang terengap-engap dia menjawab“masih dibawah, tadi dibelakang gue”, “ya udah istirahat, nih makan” ucap kami.
Ikhwan lantas dengan sergap memakan nasi yang sudah kami pisahkan untuknya tadi, tak lupa lauk menjadi teman nasi yang ia pegang, merasa perutnya belum kenyang akhirnya ia memasak mie instant. Waktu sudah jam 5 sore lewat, Cristin dan rombongannya memilih untuk segera turun dikarenakan ingin mengejar waktu supaya gak terlalu malam sampai dibawah, dan langsung menuju ke garut lalu kembali ke Jakarta.
Akan tetapi aku ikhwan, Ayu dan Baduy memilih untuk tetap stay di puncak karena masih menunggu Reddy yang belum datang, akhirnya Cristin dan rombongan meninggalkan kami berempat, “oiya..jangan lupa kalo ketemu Reddy, bilang kita nungguin di puncak” seruku, “oke” balasnya, “hati-hati” sahut kami berempat. Hari sudah mulai malam, hampir 1 jam menunggu Reddy, tapi belum datang juga.
Rencananya kami juga akan turun jam 6 sore, akan tetapi berhubung Reddy belum sampai puncak akhirnya kami memutuskan untuk menunggunya setengah jam lagi sembari minum kopi, jika sampai jam setengah 7 ia belum datang juga, dengan sangat terpaksa kami harus turun.
Setengah jam berlalu tapi Reddy belum datang juga, akhirnya kami memutuskan untuk turun setelah sebelumnya telah membereskan alat masak, baru beberapa menit kami turun hujan kembali datang. dan beberapa meter sebelum puncak kami melihat serombongan sinar senter sedang menuju kearah kami, ohh..rupanya anak-anak bogor, dan kami melihat Reddy juga ada bersamanya, istirahat sejenak ditempat yang agak datar yang letaknya tak jauh dari puncak, dari tempat ini puncakpun telah terlihat.
Rupanya anak-anak Bogor memilih untuk buka tenda dan bermalam ditempat ini, karena lelah telah mengelayuti meraka dan memutuskan untuk summit keesokan harinya. Kamipun bertanya pada Reddy, “gimana Red elu mau muncak?”, “kalo mau muncak tar kita tungguin disini”, puncaknya udah deket kok”. Reddypun menjawab “iya gue muncak sekarang”,”tapi gue lapar”.
Ditengah rintikan hujan Baduy membuka alat masaknya dan membuat makanan untuk Reddy sambil dibantuin Ayu, Reddy hanya terdiam sambil menahan dingin, sementara itu aku dan Ikhwan memilih untuk membantu anak-anak bogor yang sedang membangun tenda, makanan telah siap dimakan Reddypun langsung memakannya.
Reddy telah selesai memakan makan malamnya, tetapi ada satu hal yang membuat aku, Ayu, Ikhwan dan Baduy, setelah sehabis makan rupanya Reddy memutuskan untuk muncak esok hari, dia memilih untuk bermalam sama anak-anak bogor. Yaa…ampun nih orang bukannya ngomong dari tadi, rasa dingin mulai menyerang kami, karena Reddy memutuskan untuk bermalam akhirnya kami melanjutkan turun dan menitipkannya kepada anak-anak bogor, “Yaa…udah kalo mau lu begitu, gue-gue nungguin elu dibawah” seruku padanya.
Akhirnya kami mulai meninggalkannya, jalan yang becek dan licin membuat kami harus berhati-hati berjalan, cahaya sinar senter menjadi penerang jalan dan ditemani hujan yang sedikit demi sedikit mulai berhenti. Ditengah perjalanan kami bertemu dengan rombongan Cristin, “haaahh…baru nyampe sini?, kirain udah mau nyampe bawah” seru kami.
Sungguh mengenaskan melihat keadaan mereka, badannya pada kotor, mungkin karena terjatuh, tapi yang lebih mengenaskan lagi dari 8 orang, hanya 2 orang yang bawa senter, yaa ampun mungkin karena itu jalan mereka menjadi lamban?!!. aku, Ikhwan, Ayu dan Baduypun tidak tahu jika mereka kekurangan senter, padahal di puncak tadi kami berempat sudah menawakan untuk meminjamkan senter, tapi mereka tolak dengan alasan senter yang mereka bawa cukup.
Sungguh memprihatikan melihat keadaan mereka, 1 senter tangan dan satu senter dari sinar handphone, akhirnya kami meminjamkan mereka senter untuk memudahkan perjalanan turun, 2 orang dengan 1 senter sudah cukup untuk menerangi jalan. Perjalanan dilanjutkan kembali, ditengah perjalanan kami mengadakan obrolan dan rapat kecil, kami harus buru-buru sampai bawah.
Karena di atas jam 11 malam penjaga relay pasti sudah mengunci pintu pagarnya, sedangkan kami harus mengambil barang-barang yang dititipkan di sana. dengan alasan itu makanya harus ada yang cepat sampai sebelum jam 11 malam, sedang beristirahat aku memutuskan untuk jalan terlebih dahulu, karena aku merasa tenaga masih on fire, yang lainpun menyetujuinya.
Akhirnya aku berjalan meninggalkan mereka yang masih beristirahat dan sangat lelah, sementara Baduy dan Ikwan bertugas untuk memback up yang lain, baru saja 2 langkah rupanya Ayu memutuskan untuk ikut bersamaku, aku mengiyakan keinginannya, “Ya udah kalo mau bareng, tapi cepet ya” seruku, “siap” jawabnya.
aku dan Ayu mulai meninggalkan mereka, dengan langkah cepat aku terus menuruni jalan yang licin, sementara ayu terus menempel dibelakangku. Sinar senter bulat seperti ufo, membuat membuat perjalanan aku berdua terhambat, sering kali lampu senter mati, aku harus oprak-oprak supaya hidup kembali, selalu dan selalu begitu. Terus dan terus berjalan, sempat beberapa kali terjatuh karena jalan yang licin.
Dan akhirnya aku dan Ayu tiba di batas hutan atau yang biasa disebut pintu rimba, kami mulai memasuki perkebunan teh, terus mempercepat jalan akan tetapi jalan yang kami lewati ternyata salah, aku dan Ayu agak melipir kekiri, karena jalan yang tertutup oleh pohon-pohon teh, membuat yang benar menjadi sukar untuk dilihat. Kami tidak berbalik arah, karena posisi kami telah berada di dekat relay, dan aku dan ayu berhasil menemukan jalannya.
Dan…alhamdulillah akhirnya sampai juga di bawah, aku dan ayu bergegas menuju relay, tempat dimana kami menaruh barang-barang. Sesampainya di relay tersebut, rupanya gerbang telah dikunci, kulihat jam di hapeku, rupanya sudah pukul setengah 1. Pantas kalo gerbangnya telah ditutup, ternyata aku dan ayu terlambat. aku dan Ayu berusaha memanggil-manggil petugas yang sedang bejaga, akan tetapi sang petugas tidak mendengar suara kami, berulang kali di coba tapi tidak membuahkan hasil.
Dengan tampang pasrah aku dan Ayupun duduk didepan gerbang tersebut, tapi tak lama kemudian sang petugas sedang keliling kontrol, aku dan Ayu berteriak memanggilnya. Sang petugas mendatangi kami dan membuka gerbangnya, dia sudah tahu kalo kami akan mengambil barang-barang yang kami titipkan, dan diapun mengantarkan kami ketempat dimana barang-barang tersimpan.
akupun mengeluarkannya satu-satu, begitupun juga Ayu yang ikut membantu, aku menaruhnya di depan pintu gerbang. Barang-barang telah kami ambil semua, “terima kasih pak” ucapku dan Ayu kepada sang penjaga, “gerbangnya saya tutup ya, soalnya mau tugas lagi” jawab sang penjaga, “oo..iya pak..silahkan, terimakasih ya pak” jawabku dan Ayu lagi, “iya sama-sama” jawabnya.
Barang-barang telah dikeluakan, saatnya aku dan Ayu menunggu yang lain turun, aku menunggu sambil makan coklat yang dikasih Ayu sambil menghisap rokok yang masih tersisa, sementara Ayu juga sedang asik menikmati coklatnya. Hampir setengah jam lebih menunggu, namun sinar senter mereka belum juga terlihat, aku dan ayupun masih setia menunggu, sambil bercerita apa yang aku alami saat di batas hutan tadi.
Hampir 1 jam menunggu akhirnya sinar senter mereka telah terlihat dari tempatku menunggu, akan tetapi perasaan tidak enak menghampiriku, kulihat sinar senter mereka yang tadi berjalan bersama tiba-tiba terpisah, bersama kembali, dan tiba-tiba terpisah lagi. aku penasaran, ku coba untuk mendatangi mereka, tetapi Ayu tidak mau ditinggal sendiri karena rasa takutnya, akhirnya aku urungkan niatku untuk mendatangi mereka guna menemani Ayu.
Tapi rasa penasaranku terus membayangi, hanya ingin tahu apa yang mereka alami setelah aku lihat kejadian itu. aku lihat kode dari sinar senter, kode seperti sedang meminta bantuan, akupun bergegas mendatangi mereka setelah sebelum memberi penjelesan kepada Ayu, dan Ayupun mengizinkan aku untuk ditinggal sendiri. aku naik kembali ke atas, setelah berhasil menemukan mereka, benar saja…rasa penasaran dan dugaanku terjawab.
Rupa …………. (sampai tulisan ini di postkan, sayapun enggan untuk menceritakan kejadian tersebut)
Akhirnya tepat jam 2 pagi, kami semua telah sampai di relay, kami membuka tenda dan bersiap untuk beristirahat, karena perjalanan yang amat sangat melelahkan.
Inilah cerita yang aku ceritakan pada Ayu saat itu, percaya gak percaya, benar atau hanya halusinasi ku saja.
Saat memasuki pintu rimba, aku melihat sesosok bayangan hitam tepat berada di belakang Ayu. karena aku berada didepannya, jadi aku harus menyenteri jalannya Ayu. Saat aku menoreh kebelakang, bayangan itu mengumpat dibelakang ayu (layaknya seperti permainan ciluk ba..), saat aku menoreh ke arah depan, bayangan itu seperti berada di belakang, layaknya sedang mengikuti jalan.
aku penasaran, kucoba menengok kebelakang, akan tetapi saat nengok ke belakang, bayangan itu ngumpet dibelakang si Ayu, 3 kali aku melakukan itu dan 3 kali pula kejadian seperti itu. Akhirnya aku putuskan untuk tidak menengok lagi kebelakang, aku luruskan pandanganku ke depan, sambil berkata kepada Ayu “Yu jangan jauh-jauh dari gue, pokonya elu tempel gue terus”, “iya” jawabnya.
aku hanya mengerakan kedepan dan kebelakang tanganku saja, untuk menerangi jalannya Ayu, dan saat memasuki perkebunan teh bayangan itupun mulai mengilang. akupun tidak langsung menceritakan kepadanya, pas udah sampai relay aku baru berani menceritakannya.
Entahlah itu hanya halusinasiku atau memang benar????!!!!!
Cikuray oh Cikuray
24 – 26 januari 2009
Terima kasih untuk Tuhan YME
Terima kasih untuk semua yang terlibat dalam pendakian itu:
Ikhwan, Ayu, Reddy, Baduy, Cristin, Mita, Qbee and Dian.
anak-anak ASPAL : Jay, Aw dan Nurdin.
anak-anak Bogor : Riza, Cokro, Femi, Rika and Rusman.
Thanks berat untuk yang selalu mendoakan.
 

No comments:

Post a Comment