Sunday 31 July 2011

Menyusuri Indahnya Goa Kali, Gombong

Pagi hari, sekitar pukul setengah 6 pagi, kami akhirnya sampai di Stasiun Gombong, dan kami turun disini. Setelah sebelumnya sekitar 7 setengah jam, kami berada di dalam Kereta Ekonomi yang kondisinya amat sangat tidak nyaman untuk ditumpangi.

Kami bergegas keluar Stasiun, dan langsung menuju jalan raya, yang teletak tidak jauh dari Stasiun. Kami sampai di jalan raya, tempat yang sebelumnya telah dijanjikan untuk bertemu dengan rekan-rekan yang lain. Namun sesampainya, kami belum menemukan 1 pun dari mereka.


Aku pun menghubungi salah satu dari mereka, namun tidak bisa. Hmm…akhirnya kami memutuskan untuk mengisi perut ini, sembari menunggu mereka, karena sepertinya mereka sedang dalam perjalanan. Kami lalu menghampiri sebuah warung makan yang berada di seberang jalan.

Sesampainya di warung, kami langsung memesan makan. Makan telah selesai, tak berselang lama, rekan-rekan yang kami tunggu akhirnya datang juga. Terlihat wajah-wajah yang tak asing bagiku, mereka menunggu kami di sebarang jalan, terlihat ada Cempluk, Hero dan Arif.

Kami kira sesampainya mereka tiba, kami semua langsung bergegas menuju lokasi yang akan kami datangi, rupanya tidak. Kami masih menunggu 3 orang lagi yang nantinya akan tergabung dalam petualangan kali ini, dan kamipun menunggunya. 30 menit berlalu, namun mereka belum datang juga, akhirnya kami bergerak.

Sesaat sebelum bergerak, kami telah mendapat informasi dari ke 3 orang tersebut, bahwa kami disuruh menunggu mereka di dekat polsek Buayan. Kami semua mulai bergerak, Cempluk, Hero dan Arif bergerak menggunakan sepeda motor, aku dan sisanya lebih memilih naik minibus (soalnya gak cukup kalo diangkut pakai motor :D).

Selang waktu berjalan, kami yang menaiki minibus akhirnya sampai di Polsek Buayan. Turun dari minibus, lalu kemudian bergabung dengan Cempluk, Hero dan Arif yang telah sampai terlebih dahulu. Ditempat ini, rupanya Kohan telah menunggu. Team telah lengkap, hanya tinggal menunggu 3 orang lagi.



Hampir 1 jam menunggu, akan tetapi mereka belum datang juga. Hmm..hari sudah semakin siang, rasa resah dan gelisah mulai menghinggapi kami semua yang telah menunggu. Aaahhh…akhirnya mereka datang juga, mereka menggunakan mobil. Tanpa basi basi dan buang-buang waktu kami semua kemudian bergegas menuju lokasi yang akan kami datangi.

Kami semua menggunakan motor, kecuali 3 orang yang ada di mobil. 1 motor diisi 3 orang, kecuali motornya kohan, yang hanya diisi 2 orang. Kami melewati jalan yang lurus membelah jalan beraspal yang lumayan mulus. Namun beberapa kilometer menjelang lokasi, tiba-tiba jalan berubah drastis.

Jalan yang tadinya mulus, kini menjadi jalan yang rusak dan berlubang. Dan akhirnya kami semua sampai juga di lokasi. Untuk menuju mulut Goa kami harus berjalan kaki menaiki bukit. Kami parkirkan kendaraan di rumah seorang penduduk sekitar, dan kami mulai melakukan persiapan.



Mas Yos, Mas Heri dan Mas Unu, tampak sedang sibuk menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk penyusuran Goa nanti, ada helm, tali webbing, headlamp, sepatu boot, werpak dll. sementara itu kami sibuk menyiapkan barang-barang yang kami mau bawa. Persiapan telah selesai, dan saat kami bergerak menuju mulut Goa

Kami menaiki tanjakan yang curam dan agak licin karena berlumut, setelah melewati tanjakan tersebut kami masih harus melewati tanjakan-tanjakan dan menaiki bukit. Pemandangan terhampar indah saat memandang dari atas bukit, garis pantai terlihat begitu jelas.



Setelah melewati tanjakan, kami kemudian memasuki jalan datar yang dipenuhi oleh pohon-pohon jati. Suara derasnya aliran air mulai terdengar, dan semakin jelas terdengar, dan kamipun akhirnya tiba di mulut Goa Kali. Beristirahat sejenak sebelum masuk kedalamnya.

Mas Yos, Mas Heri dan Mas Unu, memasuki Goa terlebih dahulu, disusul dengan kami yang satu persatu mulai memasuki  goa. Semua telah masuk ke dalam goa, aliran air yang seperti sungai menyambut kami. Kami berdoa kepada Tuhan YME, sebelum benar-benar bergerak lebih dalam, setelah berdoa kamipun mulai berjalan menyusuri Goa Kali.

Jalur Goa didominasi oleh aliran air sungai dan batuan-batuan kars Kami masih enggan untuk menceburkan diri melewati jalur sungai, kami lebih memilih untu melewati jalur melalui batuan-batuan kars yang lumayan agak tajam. Akhirnya kami melewati jalur sungai, karena jalur batuan kars sudah tidak bisa kami lalui, jalur tersebut sudah ditutupi aliran sungai.

Petualangan mulai seru, kami menyusuri jalur melewati aliran sungai (melawan arus) yang dasarnya adalah batuan-batuan kars, pemandangan yang terlihat dari sinar senter membuat kami semakin bersemangat untuk menyusuri Goa Kali. Namun baru saja beberapa langkah, sendal yang kugunakan dibagian sebelah kiri putus, akhirnya terpaksa aku menyusurinya tanpa alas kaki.

Aku baru mengerti, bahwa menggunakan sendal sangatnya tidak disarankan, terutama saat melakukan penyusuran goa. Akhirnya aku merelakan telapak kaki kiriku menjadi santapan empuk batuan  kars. Aku berjalan melambat, karena harus berhati-hati dalam melangkah jika tidak mau telapak kaki kiriku dihujam tajamnya batuan kars itu.



Aroma kotoran-kotoran dari kelelawar mulai menyambut kami, dan terlihat jelas diatas dinding goa banyak sekali kelelawar sedang bergelayutan, ada yang berterbangan. Hingga sampai disuatu tempat, kami harus menyebrangi aliran sungai, dengan cara menaiki dinding-dinding kars

Derasnya aliran sungai yang menyerupai air terjun, agak menyulitkan langkah kami. kami harus mengantri untuk melewati jalur tersebut, karena memang tidak bisa langsung semua melewatinya. Selepas melewati tempat tersebut, kami kembali dihadapkan oleh aliran sungai, namun jalurnya tidak selebar sebelumnya.

Jalur yang kami lewati mulai menyempit, kami melewatinya dengan cara menyusur  melalui aliran ini dan melawan arusnya. Sempat sesekali kami harus merayap melalui dinding-dinding goa, karena kedalamannya tidak bisa kami lalui. Kami terus menyusurinya, terus dan terus. Pemandangan stalagtif dan stalagmit seoalah memberikan kami semangat untuk terus menyusuri jalur ini.



Hampir 1 setengah jam kami menyusuri dan melawan aliran arus sungai, sampai akhirnya kami tiba disebuah tempat yang lumayan agak luas, disini kami memutuskan untuk beristirahat dan makan siang. Sungguh indah pemandangan disini, aliran air sungai sangat menentramkan hati.

Stalagtif dan stalagmit terus memanjakan mata-mata kami, yang memang haus akan keindahan-keindahan hasil buatan alam. Disini aku yang dibantu Hero dan Cipuy mulai membetulkan sendalku yang putus tadi dengan menggunakan plastik.



Sekitar 45 menit kami beristirahat disini, tubuh kami mulai dihinggapi kedinganan akibat baju yang kami gunakan basah, dan perutpun sudah mulai kenyang, kini saatnya kami mulai melanjutkan penyusuran. Kami mulai berjalan, jalur tidak banyak berubah, kami masih melewati aliran sungai (melawan arus) yang lebarnya kira-kira sekitar 2 meter kurang, dengan kedalaman yang bervariasi.

Kami harus lebih berhati-hati dalam melangkah, terutama yang tidak menggunakan sepatu bot, khususnya aku yang hanya menggunakan sendal. Didalam aliran sungai terdapat batuan-batuan  kars yang tersembunyi yang siap menggores kaki kami. tidak jarang kaki-kaki kami tergores oleh tajamnya batuan tersebut, dan kami menyebutnya “jebakan betmen”.

Kami terus menyusuri jalan tersebut, dan hampir 1 jam berlalu, kami tiba disebuah tempat, kami berhenti disini. Jalur selanjutnya mulai menyempit, dengan lebar kira-kira sekitar 1 meter dan kedalaman sungai sekitar 1,8 meter bahkan mungkin sampai 2 meter. Mas yos dan mas Heri mencoba menyusuri jalur tersebut untuk mensurveinya apakah masih bisa dilalui apa tidak.



Mereka berenang kearah jalur tersebut, lalu Hero mengikutinya. Kami sisanya menunggu disini, sambil berharap jalur tersebut bisa dilalui. Sekitar 10 menit, mereka kemudian kembali, namun kenyataan pahit harus kami terima. Menurut mereka yang telah survei jalur, jalur tidak bisa dilewati, karena kedalamannya tidak mungkin bisa dilewati.

Jalur tersebut hanya bisa dilewati dengan cara menyelam atau diving, aahh…kami tidak membawa alat-alat tersebut. Lagipula kami tidak berniat untuk menyelam didalam goa, atas dasar itulah kami tidak bisa melanjutkan perjalanan melawati jalur tersebut. Dan akhirnya kami harus menyudahi penyusuran goa kali ini, dan kami harus kembali melewati jalur yang tadi telah kami lewati.

Dalam penyusuran goa memang sangat lebih seru bila masuk dan keluar melalui jalur yang berbeda, akan tetapi kami tidak kecewa karena keadaan tersebut. Karena sudah sampai ditempat inipun itu sangatlah istimewa, kami sangat menikmatinya. Sungguh pengalaman yang sangat istimewa, tidak mungkin bisa dilupakan begitu saja, menyusuri jalan-jalan ini sungguh sangat membahagiakan.

Akhirnya kami kembali berjalan, melewati jalur yang tadi telah kami lewati. Ditengah perjalanan kembali, kami sempatkan diri untuk melakukan suatu hal. Kami semua berkumpul, dan memutuskan untuk mencoba menikmati keadaan goa tanpa sinar senter. Kami mematikan sinar senter, lalu keadaan menjadi gelap gulita, seperti inilah keadaan goa, kami menikmati kegelapan tersebut.

Beberapa menit menikmati kegelapan, lampu-lampu senter kami mulai dinyalahkan, dan kami mulai melanjutkan lagi perjalanan. Dalam perjalanan kembali, rupanya agak sangat menyulitkan, dibeberapa lokasi kami harus berhati-hati, karena arus sungai yang deras bisa mendorong tubuh kami, bukan tidak mungkin tubuh kami terjatuh terbawa arus dan menabrak batuan kars

Beberapa menit sebelum sampai dimulut goa, saat perjalanan kembali, aku membayangkan seperti sedang berada dalam perjalanan di Gunung yang suasananya sudah malam, dan dalam keadaan hujan. Karena keadaan goa yang hanya disinari cahaya senter, jalur yang datar dan suara arus sungai seperti suara derasnya hujan, itu membuat aku membayangkan berada dalam suasana tersebut.

Cahaya matahari perlahan mulai terlihat, sepertinya kami akan sampai dimulut Goa, dan akhirnya kami sampai juga dimulut goa. Terangnya langit dan rimbunnya pohon-pohon jati menyambut kami dari atas sana, suasana yang sangat berbeda, beberapa jam menikmati kegelapan, kini kami kembali menikmati terangnya langit.



Kami beristirahat sejenak didekeat bibir Goa, akhirnya usai sudah petualangan kami menyusuri dan menikmati keindahan yang diberikan oleh Goa Kali. Sungguh pengalaman yang luar biasa, kini saatnya kami menuruni bukit ini, beristirahat dan membersihkan badan.
TERIMA KASIH TUHAN, TERIMA KASIH Goa Kali




No comments:

Post a Comment