Tuesday 3 May 2011

Liburan di Gunung Burangrang

perjalanan ini ialah rencananya si Juppy, ia sangat ingin sekali kembali mendaki. rutinitas yang membuatnya penat, serta kesibukannya membuat ia berada dalam stres tinggkat tinggi. belum lagi ujian yang dihadapinya, menambah tinggakatan stres pada dirinya. hari yang tepat telah didapat, teman-teman yang menemaninya pun sudah siap berangkat.

Sabtu 30 april 2010, sore itu sekitar pukul 5 aku bersiap menuju Pasar Festival, tempat yang telah kami setujui untuk metting point perjalanan nanti. sebelum berangkat ke Pasar Festival, aku menyampatkan diri untuk mampir ke sekitaran Jalan Margonda Depok, untuk bertemu dengan seseorang. akan tetapi sekitar 1 jam menunggu, orang tersebut belum datang juga.


aku memberinya kabar, akan tetapi tidak ada balasan, akhirnya aku putuskan untuk meninggalkan tempat ini. aku kemudian menuju Pasar Festival, melewati jalan-jalan pinggiran ibu kota yang tidak begitu macet. 1 jam lebih berlalu, dengan kecepatan yang tidak melebihi 70 Km/jam aku akhirnya tiba  di Pasar Festival. kuparkirkan sepada motorku, diparkiran sebuah gedung.

kemudian aku menuju area sekitar papan panjat, beberapa teman-teman yang nantinya akan ikut perjalanan telah datang. disana telah ada Jiteng, Ana, Ikhwan dan Heni yang terlebih dulu tiba, teman-temanku yang lainpun juga ada disana, termasuk si host Jejak Petualang Survival. di tempat ini, kami memang selalu berkumpul setiap malam minggu, ada yang berniat latihan manjat dan ada juga yang sekedar ingin kumpul-kumpul.

aku kemudian mengampiri mereka, berbincang-bincang seperti biasa. beberapa menit kemudian, salah satu personil perjalanan nantipun tiba, ia adalah si Rangga, seorang diver yang ingin kembali mencoba menikmati tanjakan-tanjakan terjal. kamipun bergabung berbaur bersama (baik yang ikut pendakian maupun yang tidak), menikmati suasana malam minggu sembari menunggu yang belum datang.

setengah jam kemudian, star mannya datang, ia adalah Juppy, ia datang bersama Uchi, teman yang juga akan bergabung dalam perjalanan nanti. seluruh personil dalam perjalanan nanti telah datang, namun karena kami berencana untuk berangkat sekitar jam 10an malam, kamipun masih berada disini, ada yang latihan manjat, adapun yang cuma berhaha-hihi.

selepas latihan manjat, kami semua menuju kantin belakang untuk kembali berhaha-hihi, selain berhaha-hihi kamipun juga makan malam buat yang belum makan malam. selepas berhaha-hihi dan makan malam, jam 10 lebih kami yang berangkat ke Gunung Burangrang, dan berpamitan untuk berangkat kepada yang tidak ikut, merekapun melepas perjalanan kami dengan lambaian tangan.

kami memasuki barang-barang bawaan ke dalam mobil yang telah dicarter, barang-barang telah masuk, kemudian kami masuk ke mobil yang akan dikendarai Juppy. dalam perjalanan tersebut terselip seseorang yang ingin numpang sampai pintu tol Bekasi nanti, ia adalah Boim, karena searah makanya kami memberikannya tumpangan.

perjalanan dimulai, setelah sebelumnya berdoa, mobil yang kami tumpangi melaju dengan landai, setelah memasuki tol mobil yang dikendari Juppy melesat melewati jalan tol. dalam perjalanan, kami memcoba merayu Boim untuk ikut dalam perjalanan ini, tapi ia terus saja menolaknya, ia tetap kekeh tidak ikut. 1 km menjelang pintu tol Bekasi timur, tiba-tiba perasaannya mulai goyah.

keputusan bulat yang tadi ia buat, perlahan mulai luntur, mengetahui kejadian tersebut kami bersemangat untuk untuk merayunya lagi. mobil kami telah berada di sisi kiri jalan, yang berjalan mulai lambat menjelang 500 meter sebelum pintu keluar tol. Boim terus berfikir dan berfikir, keputusan itu semakin luntu, dan menjelang 20 meter sebelum pintu keluar, iapun memutuskan untuk ikut.

"horaaaayyyyy....!!" kami semua berseru, kami semua berhasil meracuninya, kami berhasil merayunya. mobil yang tadinya berjalan lambat kemudian menjadi cepat dan kembali mengambil sisi sebelah kanan jalan. aaahh...akhirnya ia ikut dalam perjalanan ini, karena ia ikut, kami harus berhenti dulu untuk mengatur ulang posisi, dikarenakan menurut pemilik-pemilik tubuh yang berbadan besar, posisi ini gak adil.

di rest area kami berhenti, aku yang tadinya berada di posisi sebelah supir, mengambil posisi tengah, sementara 1 orang yang badannya besar duduk di depan. 3 orang wanita yang tadinya ditengah pindah ke belakang. posisi telah didapat, dengan posisi 3-4-2 dari belakang, mobil yang kami tumpangi kembali melesat membelah jalan-jalan aspal.

kami akan berencana mendaki pagi harinya, untuk itulah sesampainya di Bandung nanti, kami akan menumpang nginap di rumah teman yang bernama Muklis di daerah Jl Cibaduyut. kami tiba di Bandung, kami langsung menuju rumah teman kami, sekitar jam 2 dini hari kami telah sampai di rumahnya, "maaf mas kami menggangu tidur nyenyak anda".

berbincang-bincang dengan mas Muklis, sampai akhirnya kamipun beristirahat dan tidur disini, jam 5 pagi kami bangun dan bersiap untuk menuju Gunung Burangrang. jam setengah 6 pagi, kami berangkat, setelah sebelumnya membangunkan mas Muklis yang masih tertidur "maaf mas, kami menggangu tidur anda lagi", mas Muklis melepas kepergian kami, "Thanks Mas".

Minggu 1 Mei 2010, kami melewati jalan-jalan sekitar Bandung pagi itu menuju Parompong, tampak jalan masih lenggang. beberapa jam kemudian kami memasuki kampung Daun, "duuuhh...jadi inget filmnya Naruto". selepas melewati kamipun sampai di Parompong, dan kami melewati jalan-jalan khas perbukitan. sebelum memasuki Komando (jalan masuk menuju pendakian Gunung Burangrang), kami membeli kebutuhan-kebutuhan di sebuah mini market yang tidak jauh dari Komando.

belanja selesai, kami melanjutkan perjalanan lagi, dan kami memasuki Komado, melewati jalan menanjak dan berbatu yang tidak begitu mulus. mobil yang kami lalui berjalan lambat membelah tanjakan, jam 8 pagi akhirnya kami tiba di Pos penjagaan sebelum memasuki jalur pendakian, kami parkirkan mobil disini. di Pos yang di jaga oleh Anggota TNI dan seorang Sipil itu, kami mengurus izin untuk pendakian nanti dan membayar Rp 5.000.

izin telah diurus, kami bersiap melakukan pendakian, akan tetapi kami harus sarapan terlebih dahulu. rencananya kami ingin sarapan di sebuah warung yang berada tidak jauh dari Pos penjagaan, namun warung tersebut sudah tidak ada. akhirnya aku dan Jiteng membeli sarapan di dekat gang masuk Komando yang berada di bawah menggunakan sepeda motor yang di pinjamkan oleh personil yang sedang berjaga di Pos.

sarapan telah dibeli, kami berdua kembali ke Pos, setibanya sarapan tersebut kami semua langsung melahapnya. sarapan telah usai, kira-kira hampir jam setengah 10 kurang, kini saatnya pendakian dimulai. dari Pos penjagaan kami mengambil jalan yang sebelah kiri, yang kanan lurus adalah jalur menuju Situ Lembang. lalu kami memasuki jalur yang dipenuhi oleh pohon-pohon pinus.

jalan landai itu kami lewati dengan santai, selepas melewati hutan pinus kami berbelok ke kanan melewati jalan yang dipenuhi semak belukar yang lumayan agak tinggi, jalur masih landai dan sangat nikmat untuk dilewati. jalan masih bacek, mungkin karena semalam turun hujan disini, jalan setapak itu masih kami nikmati. kemudian kami mulai memasuki jalan berhutan, memasuki daerah pintu rimba.

jalan masih landai diselingi dengan turunan kecil, beberapa meter selepas melewati pintu rimba, jalur berubah drastis. jalur yang tadinya landai-landai saja kini menjadi menanjak terjal, tanjakan itu kini ada dihadapan kami. kami harus melewatinya, dengan semangat dan hati yang senang tanjakan itu kami lewati. untung saja barang-barang yang kami bawa tidak seperti pendakian pada umumnya.


kami hanya membawa air, makanan, jaket dan alat masak dalam pendakian tersebut, jadi beban yang kami bawa tidak teramat berat. karena itulah seluruh tenaga tidak terkuras begitu hebat saat melewati tanjakan. biarpun gak bawa beban berat, tetap saja tanjakan itu membuat lelah, tidak sedikit diantara kami yang sering berhenti saat melewatinya.

selepas melewati tanjakan tersebut, kami tiba ditempat datar, kami beristirahat disini, sembari menunggu teman yang belum sampai. selepas beristirahat, kami melanjutkan perjalanan lagi, jalan masih menanjak terjal, tak sedikit pula kami harus memanjat akar-akar. seharusnya ditengah meleati jalur ini, kami bisa melihat Situ Lembang dan Gunung Tangkuban Perahu disebelah kanan jalur.

akan tetapi karena kabut yang tebal, kami tidak dapat melihatnya, semuanya tertutup kabut. saat melewati tanjakan ini, kami terbagi 2 kelompok, aku, Ikhwan dan Heni ada di belakang, sementara Boim, Ana, Rangga, Uchi, Juppy dan Jiteng ada di depan. meraka berlima sudah sering mendaki, jadi jalannya sangat cepat, sementara kami bertiga masih amatir dan pejalan keong.


tanjakan telah berhasil kami lalui, kamipun tiba di sebuah tempat datar lagi, akan tetapi karena tempat datar itu dipakai berkemah oleh pendaki lain, kamipun melanjutkan perjalanan dan tidak berhenti disini. selepas tempat itu, jalur tidak seperti sebelumnya yang menanjak terjal, jalur kali ini relatif landai, menurun dan sedikit tanjakan yang tidak begitu terjal.

walaupun jalur tidak separah sebelumnya, tapi kami harus ekstra hari-hati, karena jalur sempit yang di kiri dan kanannya jurang terjal. jalur masih basah, dan jika tidak hati-hati, bukan tidak mungkin kami bisa terperosok ke dalamnya. selepas jalur ini kami tiba di tempat datar lagi, Boim, Rangga, Ana, Uchi, Juppy dan Jiteng yang telah tiba terlebih dahulu menunggu kami bertiga disini, dan kamipun beristirahat bersama.

dari tempat datar ini, puncak Burangrang sudah dekat, tinggal melewati 4 tempat datar lagi, maka kami akan sampai di Puncak Burangrang. selesai istirahat, kami mulai melanjutkan perjalanan, jalur tidak berbeda jauh dari sebelumnya, kami terus berjalan dan terus berjalan, sampai akhirnya tiba ditempat datar selanjutnya. mereka berlima yang terlebih dahulu sampai menunggu kami bertiga disini, akhirnya akupun tiba sementara Heni dan Ikhwan tertinggal beberapa meter di dibelakangku.

kami yang terlebih dahulu sampai beristirahat disini, sembari menunggu Heni dan Ikhwan tiba. Ana memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena tubuhnya sudah mulai kedinginan, diapun melanjutkan perjalanan di temani oleh Jiteng, Rangga dan Uchi. sementara aku, Boim dan Juppy menunggu Ikhwan dan Heni tiba, sekitar 5 menit berlalu mereka berdua akhirnya tiba, dan kami bertiga menemani mereka berdua istirahat disini.

setelah beristirahat, kami berlima melanjutkan perjalanan. ditengah perjalanan Juppy dan Boim melesat dengan cepat, kami bertiga tertinggal dibelakangnya. jalur yang kami lewati relatif sama dengan sebelumnya, akan tetapi kami harus lebih berhati-hati lagi, karena ada beberapa tepian bukit yang longsor. Boim, Juppy, Rangga, Uchi, Ana dan Jiteng telah tiba ditempat datar selanjutnya, sementara aku masih berada dibawah mereka.

akhirnya akupun tiba ditempat datar itu, sementara Heni dan Ikhwan tertinggal di belakangku. sekitar 10 menit kemudian Heni dan Ikhwan tiba, dan kamipun beristirahat bersama. selesai beristirahat, kami melanjutkan perjalanan lagi, kami mengambil jalur sebelah kanan yang agak menurun. di tempat ini terdapat 2 buah jalur, yang kiri dan menurun itu yang ke puncak, sementara yang kanan dan menanjak gak tau kemana.


menurut info, di tempat ini banyak pendaki yang salah jalur, mungkin mereka beranggapan "namanya ke puncak pasti jalurnya nanjak", cukup masuk diakal memang, akan tetapi itu tidak berlaku disini. ditempat ini terdapat sebuah petunjuk yang terpasang, kalo kita memperhatikannya pasti kita akan mengambil jalur yang menurun, akan tetapi kebalikannya jika tidak memperhatikannya karena anggapan itu ("namanya ke puncak pasti jalurnya nanjak")

kami semua berjalan beriringan, ditengah perjalanan lagi-lagi aku, Ikhwan dan Heni tertinggal. kami bertiga berjalan dengan santai (maklumlah masih amatir), terus dan terus berjalan, akhirnya kami bertiga tiba ditempat datar. akan tetapi mereka yang terlebih dahulu tidak ada disini, sepertinya mereka tidak berhenti dan terus melanjutkan perjalanan, mungkin karena puncak sudah dekat makanya mereka tidak berhenti.


kami bertigapun juga tidak berhenti dan melanjutkan perjalanan, masih melewati jalur agak landai yang kiri dan kanannya adalah jurang, aku berjalan di depan Ikhwan dan Heni dan tanpa sadar aku meninggalkan meraka. aku menemukan teman-teman yang berjalan didepan tepat disebuah tanjakan terjal yang berbatu, mereka berhenti sejenak karena ada pendaki yang turun.

setelah itu kini gilaran kami yang menggunakan jalur tersebut, kami melewati tanjakan terjal tersebut, satu persatu kami menaikinya dengan bantuan tali tambang yang telah terikat diantara pepohonan. ditengah tanjakan tersebut kami semua beristirahat sejenak, karena puncak sudah sangat dekat, kamipun membuat rapat sejenak.

rapat telah diputuskan, berhubung Heni dan Ikhwan belum tiba, akhirnya dibentuk 2 rombongan lagi. rombongan pertama terdiri dari aku, Ana, Uchi dan Jiteng berangkat terlebih dahulu ke puncak, yang nantinya memasak setibanya di puncak. sisanya menunggu Ikhwan dan Heni ditempat ini, dan kamipun mulai bergegas meninggalkan mereka.


selepas melewati tanjakan ini, kami berempat tiba di tempat datar tepat dibawah puncak, dari tempat ini trianggulasi puncak telah terlihat. puncak sudah amat sangat dekat, hanya sekitar 1 menit lagi, kami terus berjalan lalu tiba disebuah tanjakan yang tidak begitu terjal sebelum sampai puncak. selepas tanjakan tersebut dan akhirnya kami berempat tiba terlebih dahulu di puncak Gunung Burangrang.

dan akhirnya kira-kira sekitar jam 1 siang lewat 10 menit, yeaaaahhhh....puncak!!, sekejap rasa lelah menghilang karena setibanya di puncak, puji dan syukur dipanjakan kepada Tuhan Y.M.E. sayang kabut menutupi semua pemandangan sekitar Gunung Burangrang, kami tidak bisa melihat apa-apa dari puncak, hanya kabut dan awan putih yang bisa kami lihat. sembari menunggu yang belum datang, aku dan Jiteng mulai memasak.


kami berdua memutuskan memasak air terlebih dahulu untuk membuat kopi, setelah air mendidih kami berdua menunda dahulu membuat kopi, karena tidak ada gelas, Ana dan Uchi tidak membawa gelas, aku dan Jitengpun tidak jadi membuat kopi. setelah memasak air aku dan Jiteng berencana memasak lagi, tetapi itu tidak jadi terlaksana, karena baru tersadar diantara kami berempat tidak ada yang membawa logistik untuk makan siang.


akhirnya kami menunggu, tak berselang lama, beberapa menit kemudian Juppy dan Rangga tiba disini, Rangga langsung bersujud. menyusul kemudian Boim, Heni dan Ikwan yang tiba di puncak juga, kamipun saling memberikan selamat dan berselimut bahagia. SPECIAL CONGRATS for Rangga, karena Puncak Burangrang adalah puncak pertamanya, SELAMAT BRO...

akhirnya kami semua telah berada di puncak, kamipun menikmati suasana itu dalam hangatnya persahabatan yang diselingi oleh candaan-candaan konyol yang selalu membuat kami tertawa semua. dan kamipun mulai memasak untuk makan siang, makan siang yang nikmat karena dilakukan diatas puncak. makan siang telah selesai dibuat, dan kamipun melahapnya.

selagi menikmati makan siang, hujan gerimis turun, Boim membawa payung, kamipun melanjukan makan siang dibawah naungan payung kecil, tak lama kemudian hujan kecil itu. 1 jam lebih berada di puncak, kira-kira jam 2 lewat, kamipun memutuskan untuk kembali turun, sebelum turun kami sempatkan untuk berfoto bersama-sama di trianggulasi, selepas berfoto kami pun turun.



ditengah perjalanan hujan kembali turun, untung tidak sangat deras, akan tetapi membuat basah kuyup. aku Heni, Ikhwan dan Boim tertinggal dibelakang. kami berjalan sangat lambat, dan harus lebih berhati-hati karena jalur menjadi sangat licin. jika terburu-buru bisa saja salah satu diantara kami terpeleset dan terjatuh. kami terus berjalan melalui jalur yang sama dengan yang kami naiki tadi, menjelang magrib kami berempat yang tertinggal dibelakang akhirnya sampai di Pos penjagaan.

kami semua beristirahat sambil bersih-bersih disini, hujan yang tadinya berhenti kini turun kembali, lebih deras dari yang sebelumnya. setelah bersih-bersih kami berpamitan kepada petugas penjaga pos untuk kembali ke Jakarta, ditengah derasnya hujan mobil yang dikendarai Rangga berjalan menumbus gelapnya malam. kami lewat jalan yang sama yang kami lewati tadi pagi, diiringi oleh turunnya hujan.


memasuki jalan Cihampelas, jalanan terlihat padat merayap dan terjadi sedikit kemacetan, selepas jalan Cihampelas jalan kemudian jalan menjadi lancar, akan tetapi menjelang memasuki pintu tol jalan kembali macet, karena terjadi antirian saat memasuki pintu tol. mobil yang kami naiki sudah memasuki tol dengan jalan yang amat sangat lancar, mobilpun melesat mulus membelah jalanan tol.

memasuki KM 97 kami berhenti untuk makan malam disebuah rest area, selepas makan malam kami melanjutkan lagi perjalanan, ditengah perjalanan banyak diantara kami yang terlelap, begitu juga denganku, hanya Rangga yang tidak terlelap, ia terus konsen mengendarai mobil yang kami naiki.

aku terbangun menjelang pintu keluar tol Bekasi timur, karena Boim akan turun disini. setelah pintu keluar Boimpun turun dan kami harus berpisah dengannya, dan perjalanan dilanjutkan kembali. perjalanan kami lanjutkan ke daerah Cibubur untuk mengantar Ana pulang. sesampainya di sekitar rumahnya, Ana berpamitan pulang diantar oleh Heni dan Uchi.

dari daerah Cibubur kami kemudian menuju Pasar Festival lewat UKI cawang, karena Jiteng ingin turun di daerah tersebut. kami telah sampai di UKI, kamipun berpisah dengan Jiteng, dan perjalanan ke Pasar Festivalpun dilanjutkan, dan sampai akhirnya kami tiba di tempat tujuan. aku, Ikhwan dan Heni berpisah dengan Rangga, Juppy dan Uchi disini.


Ikhwan mengambil motor yang terparkir di dalam gedung, menyusul aku yang mengambil motorku juga. dan akhirnya kami semua berpisah disini. Juppy, Rangga dan Uchi melanjutkan perjalanannya pulang menggunakan mobil yang kami naiki tadi, begitupun juga dengan Ikhwan, Heni dan aku yang melanjutkan pulang ke habitat masing-masing mengunakan sepada motor.
TERIMA KASIH TUHAN, KAU TELAH MELINDUNGI PERJALANAN INI.
TERIMA KASIH UNTUK SAHABAT-SAHABAT TERHEBAT (Juppy, Rangga, Boim, Ana, Ikhwan, Jiteng, Heni, dan Uchi) YANG BERGABUNG DALAM PERJALANAN INI, TULISAN INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK KALIAN.
KAPAN KITA KEMANA LAGI?

No comments:

Post a Comment