Wednesday 30 March 2011

BANJIR LAHAR DINGIN (LAGI)


siang itu, aku lupa jam berapa, matahari begitu hebat menyinari, tak ada seperti akan datangnya hujan. saat itu, hanya aku dan 3 orang orang temanku yang setia menjaga posko, mumpung gak ada kegiatan, kuputuskan untuk merebahkan tubuh sembari mendengarkan lagu-lagu merdu dari hapeku, hmmm...lumanyan untuk menjadi penghatar tidurku.

kira-kira baru 3 lagu yang kudengar, disela rebahan aku dibagunkan oleh seorang teman, dan dia memberitahukan, telah terjadi banjir lahar di sungai Belan, sungai yang letaknya tak jauh dari posko yang kuhuni. aku segera membangunkan tubuhku, lalu segera bergegas menuju bibir sungai.

baru kali ini aku mengalaminya, padahal saat itu tidak turun hujan, bahkan matahari terang bersinar, memberikan panasnya hingga menyentuh permukaan bumi. hmmm....biarpun disini tak hujan, tapi pasti di puncak (Merapi) sana pasti terjadi hujan yang sangat lebat dan yangpasti berdurasi lama, oleh sebab itulah terjadi banjir.

memang, dari tempatku ini, sosok dan puncak Merapi tak tampak terlihat, tubuhnya diselimuti kabut tebal dan hitam, sepertinya itu adalah hujan. kami berlari menuju bibir sungai, tak lupa membawa jas hujan, karena takut nanti akan turun hujan. melewati jalan setapak di area persawahan, sangat tergesa-gesa kami berlari.

nafas ngos-ngosan dan matahari masih bersinar terik, dan kamipun tiba di titik tempat untuk memantau keadaan. dari tempat kami memantau, banjir belum tampak terlihat melewati aliran sungai ini, dan akhirnya kamipun menunggu. kira-kira 15 s/d 20 menit menunggu, dan banjir itupun datang, kepala pertama banjir mulai tampak di hadapanku.

debit air dan arus sungai yang tadinya norma, sekejap berubah menjadi seperti lautan dengan ombak-ombak besarnya. arus air sangat deras, dan tidak sedikit membawa material, air yang berwarna coklat pekat itu, menghanyutkan apa yang ada di depannya, dan dia terus menghantam apa saja yang menghalanginya.

seperti biasa, aku hanya tertegun menyaksikannya, menyaksikan kejadian yang sungguh luar biasa. sesekali kuabadikan kejadian itu melalui video di hapeku, begitu juga dengan temanku. batuan-batuan, baik besar maupun kecil tak luput dari seretan akibat derasnya arus.

suara batu yang saling bertabrakan dan saling menimpa, seperti suara gemuruh halilintar di langit yang tinggi. sinar matahari yang tadinya terik, perlahan mulai tertutup awan tebal, dan tak lama hujan lebat mulai turun membasahi bumi. arus semakin bertambah deras, dan debit air semakin bertambah, begitu juga material yang dibawanya.

ditengah hujan kami terus berada disana, hanya dengan berlindung dibalik jas hujan, kamipun terus mematau situasi banjir yang kian semakin deras. banjir belum juga surut, akan tetapi hujan perlahan mulai berhenti, saat itu aku diajak oleh salah satu temanku untuk memantau keadaan dibawah, aku bergega smenuju posko.

tiba di posko, aku meminjam motor untuk mengetahui situasi dibawah. ahh...rupanya temanku telah berangkat terlebih dahulu, aku yang berboncengan dengan Dimas kehilangan jejak mereka, tapi aku tetap memacu sepeda motor pinjaman, dan hujan kembali turun dengan derasnya. perjuanganku tidak sia-sia, akhirnya di sebuah gang itu aku melihat mereka, dan aku langsung menghampirinya.

setelah kuhampiri, ternyata mereka mengajak aku dan Dimas untuk segera menuju sungai kaliputih, kamipun mengiyakannya. aku berada kira-kira 20an meter di belakangnya, aku terus mengikutinya, akan tetapi belum ada 500an meter melaju, sesuatu terjadi. aku merasakan ban belakang goyang, dan aku menebaknya ban bocor, setelah berhenti dan kutengok, hmmm...benar saja, bannya bocor.

aku dan Dimas turun dari motor, sementara mereka terus melaju, karena tak tahu kejadian itu. dengan berat hati aku harus mendorong motor itu, dan mencari tukang tambal ban. disela hujan yang turun, aku terus mendorong motor, sesekali bergantian dengan Dimas, dan hujan perlahan mulai reda.

dibalik musibah, ternyata ada anugerah. ditengah perjalanan aku dikejutkan oleh jatuhnya sebuah kelapa di jalan, kelapa yang lumayan besar, dan aku segera memungutnya. kureguk nikmatnya air kelapa muda itu dibawah guyuran hujan, kureguk dan kureguk secara bergantian dengan Dimas. nikmatnya air kelapa muda itu, membuat kami berdua tak merasakan musibah yang sedang menimpa, dan kelapa itu kami bawa.

di dekat posko terdapat tempat tambal ban, namun itu masih jauh, masih 3 tanjakan yang harus kami lewati. masih mencari tukang tambal ban, ditengah jalan aku dan Dimas kembali mendapatkan kejutan, aku dan Dimas mendapatkan sebingkai senyuman dari seorang wanita yang menurutku sangat manis.

aku hanya bisa mengapai senyum manisnya, tapi tak bisa menyapanya, karena ia terus melaju dengan motornya. aku tak peduli, senyuman itu pertanda meledek atau bukan, aku tetap tak peduli. hmmm.....siapakah wanita pemberi senyum itu?, senyum yang sampai saat ini masih tersimpan di memori otakku.

aku dan Dimas terus berjalan sembari mendorong motor, tukang tambal ban mulai terlihat. sesampainya disana, kenyataan pahit harus kutelan, tempat itu sudah tutup, dan aku harus rela mendorongnya lagi. tak jauh dari tempat itu, ada tukang tambal ban juga, letaknya tak begitu jauh dari posko, dan aku segera mendatanginya.

kenyataan pahit harus kutelan lagi, tempat tukang tambal ban tersebut juga sudah tutup. hmm...mungkin karena waktu sudah hampir magrib, oleh sebabnya tambal ban telah tutup, entahlah aku tak tahu. akhirnya aku dan Dimas memutuskan untuk membawa motor tersebut ke posko, karena letaknya yang sangat semakin dekat dengan posko.

akhirnya kami berdua tiba di posko, hari telah menjelang magrib, saatnya aku menghilangkan lelah, sembari memakan kelapa yang tadi didapat. baru 10 menit aku beristirahat, adzan magrib baru saja akan berkumandang, kudapati lagi kabar, terjadi banjir di sungai Senowo.

aku kembali menuju ke tempat pemantauan tadi, dan Dimas ikut menemaniku dibelakang. kebetulan, tempat itu adalah tempat bertemunya arus antara sungai Senowo dan sungai Belan. sampai ditempat pemantauan, namum belum terlihat banjir telah datang, dan langit perlahan mulai gelap.

hampir 15an menit menunggu, dan banjir itupun datang, banjir yang sangat deras, mungkin lebih deras dari yang tadi. banjir yang membawa material bebetuan dan pasir itu kembali kulihat. tak berselang lama kudapati lagi kabar, bahwa sungai Belan juga terjadi banjir.

aku berpindah tempat, masih diarea yang sama, aku segera bergegas untuk memantau banjir yang akan lewat didepanku. sampai ditempat yang dirasa tepat, tak perlu menunggu lama, kepala banjir itu akhirnya ada dihadapanku, banjir yang arusnya tidak begitu besar dibanding tadi siang.

dibelakangnya menyusul kepala kedua banjir, arusnya mulai meningkat dibanding yang pertama, namun tidak terlalu banyak material yang dibawanya. beberapa selang kemudian, kepala ketiga banjir datang, arusnya sangat deras dan banyak membawa material pasir dan bebatuan.

aku terus memantau situas, dibawah langit yang sudah gelap melalui cahaya senter, tampak terlihat arus semakin deras dan debit air semakin bertambah, terus dan terus bertambah. pohon dan permukaan yang tadi sempat kupijak, telah tergerus karena tak mampu menahan derasnya air.

getaran-getaran akibat batu-batu yang berbenturan sangat terasa seperti gempa. suara dan getarannya, seperti kereta yang berpindah rel saat berjalan kencang. hmm...sungguh banyak batu-batu yang terseret olehnya. dan tak ada tanda-tanda banjir akan segera surut.

sudah hampir 2jam aku berada di bibir sungai, dan aku harus merelakan tidak bisa menonton pertandingan final sepak bola leg pertama antara Malaysia vs Indonesia. tubuhku sudah tak kuat menahan dingin yang semakin dingin. akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke posko, bersama dengan Dimas untuk beristirahat, karena sebelumnya juga mendapatkan kabar ada penurunan debit air dan arus.

akhirnya aku kembali ke posko, dan beristirahat, sembari meminta kabar update pertandingan Malaysia vs Indonesia. dan kudapatkan info, Indonesia kalah 3-0 dengan Malaysia. hiks...menyedihkan, tapi aku yakin dan pasti, di GBK Indonesia akan membungkam Malaysia dengan skor 4-0, semoga saja...

Sawangan, 26 desember 2010

No comments:

Post a Comment