Wednesday 4 January 2012

Setahun di Galunggung [end]

Dari atas sana juga tampak banyak orang-orang, itu terlihat dari sinar senter yang menyala. Sepertinya mereka juga ingin menikmati pergantian tahun di Gunung Galunggung, romantis memang. Beberapa orang dari kami rupanya ada yang sudah terkapar, entah karena mengantuk atau bosan menunggu waktu yang masih lama.

Pergantian tahun memang masih beberapa jam lagi, kami yang masih terjaga terus menikmati keindahan malam dari Kawah Galunggung. Ahh..malam ini menjadi sangat menarik, karena satu persatu kerlipan bintang mulai nampak terlihat dari dinding langit. Kami sangat terkesima melihatnya, terkesima akan sinarnya.

1 Januari 2012
Dan tanpa terasa, akhirnya pergantian tahunpun datang. Dari atas sana terlihat beberapa kembang api sedang meluncur ke angkasa, dan membentuk seperti kembang yang beraneka warna. Kami menikmati tarian kembang api tersebut, dan tak lupa sambil mengucapkan kepada teman-teman. Tak lupa juga doa-doa dan harapan telah kami ucapkan di dalam hati kami masing-masing.

Tidak muluk-muluk keinginan di tahun baru ini, pasti semua ingin lebih baik di tahun yang baru ini, itulah salah satu doa yang pasti kami panjatkan kepada Yang Maha Kuasa. Doa-doa dan harapan yang lain, tanyakan saja pada mereka :D, pasti kata “JODOH” terselip diantara beberapa doa dan harapan meraka, termasuk saya :D.

Acara yang dinanti-nanti sudah lewat, tahun baru sudah lewat sekitar sejam lalu. Namun aku masih enggan untuk meninggalkan malam ini, beberapa teman yang lain juga seperti itu. Yang masih kuat bertahan, masih asyik menikmati kerlipan bintang-bintang di langit. Yang gak kuat, mereka terkapar pulas di dalam tenda.

Malam sudah semakin larut, jam kira-kira menunjukkan pukul setengah 3 waktu setempat, yang lain juga sudah tertidur, kini saatnya akupun menyusul meraka. Aku enggan untuk tidur di dalam tenda, dan akupun tidur di atas flysheet ini, beberapa temanku yang lain juga tidur di alasnya.

Namun tubuh mereka terbungkus oleh hangat sleeping bag, sedangkan tubuhku tidak. Satu orang temanku juga tidak menggunakan sleeping bag. Ahh..tapi dia sudah terbiasa oleh suhu seperti ini, jadi bukan masalah buatnya. Aku sudah mulai terlelap, namun tak lama aku terbangun oleh rasa dingin.

Akhirnya aku pindahkan posisi tidurku, dan menarik sisa-sisa sleeping bag yang dijadikan selimut untuk melindungi kakiku dari dingin. Dan tak lama setelah itu, akhirnya aku benar-benar terpulas, hingga akhirnya pagi membangunkanku. Rupanya bukan hanya aku yang sudah terjaga, beberapa teman yang lain juga sudah terjaga.

Pagi ini kami disambut oleh lembutnya kabut yang berlomba-lomba turun untuk melapisi danau kawah, langit mendung tak kami hiraukan. Damai dan sejuk, itulah perasaan yang menggelayut di jiwa kami. Udara sejuk dan bersih tak akan bisa dinikmati selain di tempat seperti ini, hanya disini dan hanya disini, semua itu bisa didapat.

Sambil menikmati aktifitas di pagi hari, kamipun mulai menyiapkan menu sarapan pagi. Terdapat beberapa kelompok saat membuat sarapan pagi. Di sebelah kelompokku tampak mereka sedang sibuk dengan mie dan telor, menu yang akan mereka buat ialah pizza mie. Di kelompokku sedang asik mengaduk-aduk adonan. Sementara di belakangku sedang asik mengupas buah mangga.

Memasakpun dimulai, layaknya seperti perlombaan, kami mengeluarkan gaya memasak kami masing-masing. Tangan dan mata kami terus memperhatikan menu yang sedang kami masak. Semuanya saling menikmati kegiatan masing-masing, dan sampai akhirnya semua menu telah berhasil dibuat. Kini saatnya kami untuk bersiap-siap sarapan.

Sarapan dimulai, tanpa kenal perasaan kami sikat semua menu yang tersaji di pagi ini. Tanpa malu kami masukkan semua menu ke dalam mulut, berharap semoga bisa mendarat mulus di ruang lambung. Selesai sarapan, kami bersiap-siap membereskan barang-barang bawaan. Namun sebelum itu, tak lupa menikmati sekali lagi suasana disini.

Kabut mulai turun, mendungpun semakin menggelayut. Tetesan air membasahi tanah-tanah disini, kamipun menikmatinya. Dibawah tetesan gerimis kami mulai membereskan barang-barang kami, kecuali sebuah flysheet dan tenda yang masih kami biarkan berdiri. Barang telah selesai dibereskan, namun hujan turun, sehingga harus membuat kami berlindung dibawah flysheet.

Hmm…sebenarnya ingin menikmati suasana disini semalam lagi, namun karena beberapa teman harus masuk kerja keesokan hari, akhirnya diurungkanlah niat itu. Dan akhirnya kami menikmati hujan yang turun disini, hujan yang membawa pesan keindahan, hujan yang membelai lembut kasih saying.

Hujan telah berhenti, saatnya kami melipat tenda dan flysheet. Setelah semuanya beres, sebelum pulang tidak lupa untuk berfoto bersama. Dan kini saatnya kami benar-benar meninggalkan tempat ini, dan berharap semoga bisa kembali lagi. Sebelum pulang, kami berpamitan kepada teman baru kami, yaitu si pembawa nasi tutug oncom.

Sepertinya ia akan turun nanti, itu terlihat dari tendanya yang masih berdiri. Perjalanan pulang, kami tidak melewati jalur Z, kami akan melewati jalur yang berbeda. Perjalanan pulang kami harus berjalan melintasi pinggiran danau kawah. Saat melintasi jalan tersebut, terlihat air danau mengelembung ke permukaan.

Gelembung-gelumbung itu menandakan, bahwa kawah ini masih aktif, semua itu bisa terlihat dari aktifitasnya. Selepas melewati pinggir danau kawah, tanjakan terjal berpasir menanti. Namun tanjakan ini tidak seterjal jalur Z, keputusan yang bagus karena kami memilih pulang melalui jalur ini. Kamipun mulai melintasinya, baru saja setengah melewati tajakannya, rintik hujan kembali turun.

Hujan yang turun semakin deras, sesaat setelah kami berhasil melewati tanjakan ini. Selanjutnya kami akan turun melalui jalur tangga, karena ingin melewati jalur yang berbeda. Untuk mencapai jalur tangga, kami harus berjalan kearah jalur Z. dibawah guyuran hujan yang tidak begitu lebat kami berjalan, terus melewati jalan berpasir ini.

Sampai di jalur tangga, terlihat banyak yang sedang meneduh di warung-warung sekitar, tetapi tidak dengan kami. Kami melanjutkan perjalan, kami harus menuruni anak tangga ini. Anak tangga yang berjumlah 620 (menurut papan petunjuk) ini harus kami pijaki satu persatu. Lumayan melelahkan melewati jalur tangga ini.

Kami harus berhati-hati, karena hujan yang turun membuat lantai anak tangga menjadi basah. Bukan tidak mungkin kami bisa tergelincir kalau tidak hati-hati. Di kedua sisi tangga juga terdapat besi untuk berpegangan, namun ada beberapa yang kondisinya tidak layak untuk dijadikan pegangan.

Sempat aku mengukur tinggi jarak anak tangga 1 ke anak tangga yang lainnya. Tingginya kira-kira setengah betis. Huff..pantas saja saat menuruninya dengkul ini terasa sedikit nyeri. Hmm..kalo disuruh milih, aku lebih baik melewati jalur trekking. 620 anak tangga telah berhasil kami lewati, kamipun menuju warung yang kemarin yang kami gunakan untuk beristirahat.

Berisitrahat menghilangkan lelah disini, dan hujanpun kian semakin deras turun. Ramai sekali kondisi disini, ratusan motor dan puluhan mobil tampak terparkir di area ini. Dan akhirnya kami beristirahat sembari menikmati hujan yang turun semakin deras.

Sudah sekitar 1 setengah jam lebih kami berada disini, namun belum ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Akhirnya jam 2 siang kami memutuskan untuk turun ke Cipanas, walaupun dengan tetesan hujan. Beberapa orang dari kami memilih turun menggunakan ojek, sementara sisanya termasuk aku memilih untuk trekking.

Maklum saja mereka memilih naik ojek untuk turun, karena usia mereka yang sudah tua. Tenaga dan semangat mereka tidak seperti kami yang masih muda-muda ini. Dan akhirnya perjalanan turunpun dimulai, setelah sebelumnya berpamitan kepada ibu pemilik warung. Mereka sudah menaiki ojek, lalu kamipun bergegas jalan.

Kami melewati jalur yang kamarin kami lewati saat naik. Dibawah guyuran hujan kami terus berjalan. Kira-kira 1 jam, akhirnya kami sampai di kolam pemandian Cipanas. Awal rencananya kami akan berendam di air panas sebelum pulang, namun karena waktu yang tidak memungkinkan, kamipun membatalkan rencana itu. Tak apalah, toh tujuan utama kami telah terlaksanan.

Dari area kolam air panas, kami berjalan ke luar untuk menuju Gerbang Wisata Galunggung. Saat sampai di Cipanas, sesuatu yang mencengangkan terjadi. Disini terjadi kemacetan sangat parah, mobil-mobil dan motorpun tidak bergerak dbuatnya. Kami yang ingin menuju Gerbang, harus bersusah payah melewati kemacatan tersebut.

Kemacetan tersebut lebih parah dari pada macet di Jakarta. Setelah bersusah payah menerobos kemacetan, kamipun sampai di Gerbang. Disini kami janjian untuk bertemu dengan teman-teman yang naik ojek. Namun kami tak menemukan mereka disini, sampai akhirnya kami tau, mereka berada dibawah sana.

Setelah mengetahui keberadaan meraka, kamipun bergerak menyusulnya. Jalan yang sempit dan kemacetan yang parah, tidak membuat jalan kami mulus. Kami harus beberapa kali mengambil jalan pinggir agar tidak menggadang jalannya kendaraan. Sekitar setengah jam berjalan kaki, akhirnya kami menemukan mereka, tetesan hujan masih menjadi teman perjalanan kami.

Disebuah warung kecil mereka berada, kamipun bergabung dan beristirahat bersama mereka. Sebenarnya jalanan ini bukanlah jalanan umum, namun karena kemacetan yang parah, kendaraanpun dialihkan melewati jalanan ini. Ada juga beberapa rombongan terlihat berjalan kaki, karena mobil jemputan meraka tidak bisa naik untuk menjemput meraka.

Selepas beritirahat, kami bergegas melanjutkan perjalanan. Kami harus berjalan kaki lagi, berjalan kaki dibawah guyuran hujan yang masih belum ingin berhenti. Hamparan sawah yang membentang menjadi penghias perjalanan. Beberapa sungai kecilpun kami jumpai, ahh…sungguh indah, andai saja tidak hujan, pasti kami akan berfoto-foto disini.

Dan sampai akhirnya, kami menemukan angkot yang sedang ngetem, dijalan utama yang menuju Wisata Galunggung. Kamipun menaikinya, ahh..syukurlah. kini perjalanan dilanjutkan menggunakan angkot untuk menuju terminal. Menjelang magrib kami sampai di Terminal Tasik, kami turun di sebrangnya.

Kami menuju Warung Masakan Padang yang berada persis di sebrang Terminal. Yaa..beberapa diantara kami memang sangat menginginkan makan masakan padang. Kebetulan ada, dan kebetulan sekali, dibelakang warung juga terdapat WC umum yang bisa dijadikan untuk mandi dan bersih-bersih.

Kami memasukinya, dan segera memesan makan. Ada yang memilih untuk mandi dan bersih-bersih dahulu sebelum makan, ada juga yang kebalikannya. Perut sudah kenyang, bersih-bersih telah dilakukan, kini saatnya kami melanjutkan pulang ke Jakarta. Kami memasuki terminal, dan disini kami berpisah setelah keputusan sebelumnya.

Jiteng, Opay, Chandra, Heni dan Ochie pulang menggunakan Bus tujuan Tj Priok. Joe, Devi pulang menggunakan Bus tujuan Grogol. Boim pulang menggunkan Bus tujuan Bekasi. Sementara sisanya, aku, Fajar, Jemmy, Desy dan Ocep pulang menggunakan Bus Tujuan Kp Rambutan.

Teman-teman yang menaiki Bus Tujuan Priok dan Grogol telah berangkat, tak lama berselang Bus ke Bekasi datang dan kemudian berangkat. Dan kami yang tersisa masih menunggu Bus jurusan Kp Rambutan datang. Kira-kira jam 8 malam Bus yang akan kami tumpangi datang, dan kami menaikinya. Kini saatnya menikmati perjalanan pulang menggunakan Bus Super Eksekutif untuk kembali ke Jakarta.

Terima kasih kawan-kawan atas perjalanan yang menyenangkan ini, jangan berhenti sampai disini. Masih banyak pertualangan yang harus kita telusuri, masih banyak keindahan yang harus kita nikmati, jangan berhenti sampai disini.


@Faries24 mengucapkan:
Terima kasih untuk Allah SWT
Terima kasih juga buat Wawan, yang udah nemenin kita sampai Tasik.
Terima kasih Juga buat Darwis dan Istri, yang udah bawain kita Nasi Tutug Oncom

Foto By: @jiteng27














Foto By: @boimakar


No comments:

Post a Comment