Wednesday 4 January 2012

Setahun di Galunggung [1]

Jum’at 30 Desember 2011
Malam itu sekitar pukul setengah 11, kami semua yang tergabung dalam perjalanan ini telah berkumpul ditempat yang telah dijanjikan sebelumnya. Gak nyangka, yang ikutan ternyata rame juga. Kami bagaikan sebuah team kesebelasan sepak bola yang hendak akan melakukan pertandingan persahabatan.

Oke..semuanya yang telah dibutuhkan sudah ada, kini saatnya kami berangkat. Awalnya kami berencana untuk naik Bus dari sebrang jalan ini, akan tetapi setelah beberapa menit menunggu akhirnya kami putuskan untuk naik Bus dari dalam terminal, dengan maksud agar dapat tempat duduk.

Karena perjalanan kami yang jauh, gak mau juga kami harus berdiri, makanya kami putuskan untuk naik Bus dari dalam terminal. Dan kamipun berjalan kearah terminal, sesampainya disana kami langsung mencari Bus dengan tujuan yang akan kami tuju. Tak lama Bus yang akan kami tumpangi merapat di depan kami.

Kami langsung memasukan barang-barang bawaan kami, ada yang ditaruh dalam bagasi, namun ada juga yang di taruh di dalam Bus. Berhubung Bus masih menunggu penumpang dan akan berangkat sekitar setengah jam lagi, sebagian dari kami memilih menunggu dibawah sambil menikmati beberapa gelas kopi.

Kopi belum habis, Bus yang akan mengantar kami ke tujuan akan segera berangkat. Saatnya kami yang menunggu dibawah segera naik ke dalam Bus. Dan tak lama kemudian Bus berangkat meninggalkan suasana malam di Terminal. Kini saatnya kami menikmati perjalanan menuju Tasikmalaya.

Sabtu 31 Desember 2011
Sekitar pukul 7 pagi, Bus yang kami tumpangi telah sampai di terminal Tasik. Kami turun tepat di depan pintu masuk terminal. Disini kami harus berpisah dengan salah satu kawan kami, karena dia masih melanjutkan perjalanan ke Ciamis. Sebelum melanjutkan perjalanan selanjutnya, kami sempatkan diri untuk beristirahat dan sarapan.

Di warung sebrang terminal, kami beristirahat dan menikmati sarapan semangkok Bubur Ayam. Sementara beberapa dari kami ada yang sibuk melakukan aktifitas lain. Sarapan dan istirahat telah selesai, kini saatnya kami melanjutkan perjalanan. Kami menaiki sebuah angkot yang telah dicarter.


Putaran-putaran roda berjalan mulus diatas aspal jalan raya. Sementara lokasi yang akan kami tuju terus melambai-lambai seolah menyambut dan menyuruh kami agar lekas sampai disana. Selepas melewati jalan mulus beraspal, kini saatnya kami melewati jalanan khas kaki pegunungan.

Ban-ban mobil mencengkram jalanan yang rusak, terus berusaha agar tetap ada di jalurnya. Dari dalam mobil kemeriahan terus tercipta dari mulut-mulut kami, tak henti-hentinya mulut ini terus bersuara. Hingga pada akhirnya kami tiba jua di tempat tujuan. Kami turun tepat di pintu masuk kolam pemandian air panas Gunung Galunggung.

Barang-barang telah diturunkan, kami langsung melanjutkan perjalanan. Berhubung kami akan melewati jalur hutan, kamipun masuk ke area kolam pemandian. Ramai sekali disini, mungkin karena ini hari libur. Diatas area kolam pemandian terdapat sebuah tempat datar, kami beristirahat disini sebelum melakukan tracking ke Gunung Galunggung.

Selesai istirahat dan membeli air mineral, perjalanan pun akhirnya dimulai. Sebenarnya ada kendaraan untuk bisa langsung sampai ke parkiran atas, yaitu ojek. Kalo yang gak mau capek bisa pakai ojek sampai ke parkiran atas, yang lokasinya tepat di tangga naik ke kawah. Namun kami memilih untuk tracking, karena memang itulah tujuan kami.

Jalur yang kami lewati tidak berbeda jauh dengan jalur gunung-gunung jawa barat, tanah basah, lembab menjadi penghias perjalanan ini, begitu juga dengan pepohonannya. Jalur yang kami lewati mirip sekali dengan jalur Gunung Slamet via Bambangan, namun sesekali terdapat jalur tanah dan berbatu, mirip seperti jalur Gunung Gede via Cibodas.

Jalur yang kami lewati juga bervariasi, datar dan menanjak. Tanjakannya tidak begitu curam, namun ada juga beberapa yang lumayan curam, sehingga sering membuat kami menghela nafas untuk menghilangkan lelah. Kami terus berjalan, selepas tanjakan curam rupanya ada sebuah warung.

Kami memutuskan untuk beristirahat disini, sembari menikmati jajanan yang dijajakan oleh penjual. Rujak buah, menjadi makanan yang paling diincar oleh kami. Wahh…seger juga makan rujak di suasana pegunungan. Selesai istirahat dan makan rujak, perjalanan kami lanjutkan.

Jalur yang kami lalui tidak berbeda jauh dari jalur sebelumnya. Kami terus melewati jalur ini, hingga akhirnya kami tiba di jalan aspal. Yap..jalan ini yang dilalui oleh kendaraan jika hendak menuju ke parkiran atas. Jalan aspal yang menanjak telah menanti, kini saatnya kami harus melewati jalanan ini.

Tak lama setelah melewati jalan aspal, kami berbelok ke kanan dan memasuki jalur tracking. Jalur berbeda dari sebelumnya, jalur setapak ini didominasi oleh pasir, mirip jalur berpasirnya Gunung Rinjani. Dari sini tangga untuk menuju ke kawah juga mulai terlihat. Pepohonan di jalur ini tidak serapat di jalur sebelumnya, jalur sangat terbuka.

Selepas melewati ini, kami akan sampai di parkiran atas. Namun sebelum sampai disana, kami harus melewati tanjakan terjal dan berpasir untuk bisa sampai disana. Sangat melelahkan saat melewati jalur ini, namun kami sangat menikmatinya, karena sepanjang perjalanan diiringi dengan canda tawa yang tak henti-hentinya.

Dan sampai akhirnya setelah berhasil melewati tanjakan yang cukup terjal ini, kamipun sampai di parkiran atas. Dari tempat inilah perjalanan ke kawah Gunung Galunggung dimulai bagi yang naik kendaraan. Di tempat ini kami beritirahat, kami beritirahat di warung yang letaknya sangat dekat dengan Tangga.
Disini kami mengisi perut-perut kami yang kosong, dan memang perut kami membutuhkan makanan. Teman-teman yang lain langsung memesan mie goreng, ada juga yang memesan teh manis panas. Awalnya aku enggan untuk mengisi perut ini, karena hawa nafsu belum menggelayut di jiwa ini.

Namun akhirnya, hawa nafsu itupun datang setelah melihat teman-teman asik melahap mie goring. Dan akupun memesannya, mie goreng tanpa telor. Tak lama, pesanan itu datang, segera aku meyambutnya. Dan tanpa basa basi aku langsung melahapnya. Tak lupa sebuah lontong menjadi sahabat mie goreng itu.

Awalnya hanya ingin istirahat dan mengisi perut, namun setelah selesai mengisi perut tiba-tiba hujan turun. Hmm..akhirnya kami menambah durasi istirahat kami, karena hujan yang turun kian semakin deras. Padahal sebelumnya tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, karena matahari bersinar mesra dibalik langit-langit awan.

Namun begitulah cuaca, siapapun tidak bisa memprediksinya. Akhirnya kami menikmati canda dan tawa, menghangatkan suasana agar bisa mengusir rasa dingin akibat hembusan angin dan hujan. Tak ada yang bisa mengusir rasa dingin tanpa canda tawa bersama sahabat-sahabat ini. Kami semua terus menikmati suasana dibawah riak deras hujan.

Akhirnya hujan telah benar-benar berhenti, saatnya kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan kami lanjutkan melewati jalur tracking, jalur berpasir akan menjadi teman perjalanan nanti. Kami enggan untuk melewati jalur tangga, karena kami ingin benar-benar menikmati jalur berpasir Gunung Galunggung.

Perjalanan dimulai, kami berpamitan kepada ibu pemilik warung. Kami berjalanan ke arah Mushola, karena jalur tracking berada disebelahnya. Di sisi jalur juga terdapat menara seperti BTS, hmm..aku jadi teringat sebuah tempat di daerah Gunung Cikuray, dan seketika pikiranku melayang menuju kesana.

Jalur yang kami lewati tidak begitu berbeda dengan jalur sebelumnya, berpasir dan dihiasi oleh pepohonan khas dataran rendah. Jalur bervariasi, kadang menanjak, landai dan menanjak curam. Saat melewati jalur ini, seketika teringat saat melintasi jalur untuk menuju puncak Gunung Gede dari Surya Kencana.

Walaupun jalurnya tidak seperti dari Surya Kencana menuju Puncak Gede yang menanjak terjal, namun tetap saja rasa lelah selalu membelenggu. Saat melintasi jalur ini, mata sering disuguhkan oleh indahnya air terjun Gunung Galunggung. Tidak hanya 1 dan 2 air terjun, mata kami terus dimanjakan oleh banyaknya air terjun.

Dan tanpa sadar, akhirnya kami sampai di puncak Bibir Kawah setelah sebelumnya melewati tanjakan yang lumayan terjal. Rasa lelah langsung hilang seketika, saat kami berada disini, mata kami terus mengarah ke arah sekeliling kawah, sungguh menakjubkan. Kami beristirahat sembari menikmati keindahan yang terhampar di depan mata kami.

Perjalanan kami belum berakhir sampai disini, setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan lagi. Ada 2 jalur yang terdapat dari sini, yaitu jalur pinggir (saya menyebutnya) yang terdapat tidak jauh dari tempat kami berada. Yang kedua yaitu jalur “Z” atau yang biasa disebut jalur “Zorro”. Mungkin karena terlihat seperti huruf “Z” makanya jalur ini diberi nama “Zorro”.

Kami memilih untuk turun melewati jalur Zorro, karena jalur tersebut menjadi mascot Gunung Galunggung. Sayang sekali jika tidak melaluinya, seperti naik Gunung Semeru tanpa melewati Tanjakan Cinta :D. terlihat dari sini, jalur itu memang menurun curam, tapi itu tidak menjadi penghalang semangat kami.

Sebelum sampai di jalur tersebut, kami harus memutari kira-kira setengah bibir kawah. Jalurnya berpasir, terdapat sedikit jalan menanjak dan mendatar. Saat melewatinya, pikiranku serasa berada di Gunung Gede. Ya..jalur ini mengingatkanku saat berjalan menuju puncak Gunung Gede dari Puncak Geger.

Sangat mirip sekali, hanya saja berbeda permukaannya. Di bibir puncak juga terdapat beberapa warung, sangat ramai kondisi disini. Namun kebanyakan dari meraka hanya ingin menikmati pemandangan kawah Gunung Galunggung dari atas sini. Sedangkan jika ingin berkemah, pasti langsung turun ke kawah.

Dari atas juga sudah tampak ada beberapa tenda yang sudah berdiri, ini membuat kami tambah bersemangat untuk segera sampai disana. Selepas melewati Puncak Tangga yang banyak terdapat warung-warung, kami terus melanjutkan perjalanan. Lalu kami berhenti di sebuah tempat datar yang terdapat seperti trianggulasi.

Kami beristirahat sejenak disini, ada yang menyempatkan untuk berfoto. Selesai istirahat lanjut lagi jalan, tidak jauh dari sini juga terdapat anak tangga menuju kebawah. Bentuknya seperti tembok cina jika dilihat dari kejauhan, namun tangga tersebut berakhir persis diatas permukaan danau kawah. Tidak lama lagi jalur Z akan kami jumpai.

Kebetulan aku berada di belakang, tampak ku lihat teman-teman sedang berhenti tepat di jalur menurun. Namun tak kulihat kedua temanku, lalu aku bertanya. Lalu temanku menjawab. Atas saran dari teman-teman akhirnya aku menuruni jalur ini terlebih dahulu, untuk sekalian mengecek kondisinya.

Wahhh…jalurnya menurun curam, harus ekstra hati-hati saat melewatinya. Pasir-pasir menjadi pijakan kaki-kaki kami. Saking keasyikannya menuruni jalur ini, aku sampai lupa akan teman-temanku, dan akupun berhenti untuk menunggu mereka. Di sebelah kiri, kulihat 2 orang temanku berada dijalur itu, teriak-teriak menjadi komunikasi.

Aku berteriak kea rah atas untuk mengetahui posisi teman-teman, setelah mendapat teriakan balasan, aku melanjutkan jalan. Turunan kali ini lebih curam dari sebelumnya, tidak ada pohon untuk berpegangan. Aku terus meluncur menuruni turuan ini, mirip sekali dengan jalur turun dari Puncak Mahameru.

Kadang aku sedikit berlari-lari saat menuruni jalur ini, hingga tanpa sadar aku sudah berada dibawah. Fiuhh..akhirnya selesai juga melewati jalur ini, dan aku mencari posisi untuk beristirahat sambil melihat teman-temanku yang sedang menuruni jalur. Tak lama kemudian teman-temanpun sampai juga di bawah.

Setelah kami turun semua, kamipun baru sadar bahwa yang kami turuni tadi bukanlah jalur Z, kami mengetahuinya setelah salah satu rekan memberitahunya. Akan tetapi jalur yang kami turuni dan jalur Z tetap bertemu di satu titik, yaitu tepat di turunan yang curam tanpa ada pegangan tadi. Dan kini saatnya kami mencari tempat untuk mendirikan tenda.

Setelah memilih, menimbang dan memilah akhirnya kami mendirikan tenda yang berjarak kira-kira 15-20 meter dari bibir danau. Tenda telah berdiri, saatnya kami menikmati suasana ini bersama teman-teman seperjuangan. Menikmati sore yang hampir menjelang yang tidak begitu dingin, menikmati pemandangan yang terhampar dari sini.

Saatnya sedang asyik menikmati sore, kami kedatangan teman baru. Ia adalah temannya salah satu teman kami. Ia datang berdua dengan istrinya, dan kamipun menyambutnya dengan senyuman hangat. Kami lalu diberikan bungkusan yang dibawanya, bungkusan yang memang telah dipesan oleh salah seorang teman kami.

Bungkusan itu berisi sebuah menu, yaitu nasi tutug oncom. Nasi khas tasik itu kini akan menjadi sasaran perut kami. Nasi putih dengan lauk oncom dan lalapan, serta 2 macam sambal, yaitu sambal terasi dan sambal cabe itu sangat menggugah selera. Tanpa basa basi kami melahapnya, sungguh terasa sangat lezat karena juga tersedia tempe goring tepung.

Perut sudah terisi, menu biasa tapi rasa istimewa telah melewati kerongkongan dan mendarat mulus di dalam perut. Gak bisa dipungkiri, menu tersebut sangat lezat disantap. Lebih lezat dari menu-menu restoran bintang 5 yang harganya tentu bukan kaki lima. Sampai-sampai tak ada yang tersisa sebutirpun nasi dari bungkusnya. Dan kini saatnya kami melakukan akftitas.

Ngobrol-ngobrol sambil bercanda tawa di atas flysheet yang terhampar, aku rebahkan badanku dihamparannya. Tanpa sadar aku tertidur saat tubuhku dibungkus sleeping bag, dan aku tertidur pulas. Aku terbangun karena suara riuh teman-temanku yang sedang menyiapkan menu untuk makan malam. Aku terbangun saat menu itu telah benar-benar tersaji.

Kami makan malam bersama seperti berada disebuah restoran mewah. Menu makan malam yang dibuat saat itu ialah mie Italia, atau yang biasa disebut spaghetti. Semua melahapnya hebat, namun tidak denganku. Aku kurang nafsu menyantap menu itu, hanya beberapa suap aku memakannya. Andai saja menu nasi tutug oncom, pasti aku melahapnya seperti singa yang sedang lapar.

Selepas makan malam, inilah acara yang sebenarnya, menunggu pergantian tahun. Kami semua duduk bersama sambil berbincang-bincang. Dari ledek-ledekan, gombal-gombalan sampai galau-galauan, semuanya ada disini. Waktu terasa sangat malas untuk bergerak, beberapa kali melihat jam, namun sepertinya detik dan menitnya masih itu-itu saja, ahh…itu hanya perasaan saja. Masih beberapa jam lagi untuk menyambut tahun baru, dan kamipun masih terus menunggunya, dan sesekali mendengarkan alunan musik dari telpon genggam kami masing-masing.

Bersambung kesini

Foto by: @jiteng27











Foto By: @boimakar


No comments:

Post a Comment