Wednesday 6 October 2010

let's go to the beach

Jumat 2 april 2010.

Pukul 3:50 aku terbangun dari tidur singkatku, tampak Reddy telah terbangun dan sedang asik mencet-mencet keyboard komputer. Komandan obie dan Ikhwan masih tertidur, untuk itulah aku putuskan untuk tidur lagi.

Pukul 4:15 kami semua yang berada di kamar itu mulai terjaga semua, sang pemilik kamar bergegas menuju ke kamar mandi, sementara aku, Ikhwan dan Reddy masih berada di kamar sembari membereskan barang-barang.

Komandan Obie telah selesai mandi, dilanjut Ikhwan yang juga ke kamar mandi. Tetapi tidak dengan aku dan Reddy. Aku dan Reddy lebih menginginkan untuk tidak mandi. Semua telah siap berangkat, kamipun mulai bergegas.


Pukul 4:50 kami semua bergerak menuju Muara Angke dengan menggunakan sepeda motor. Tepat di halte Plumpang kami hentikan sejenak perjalanan kami, kami menunggu seorang teman yang hendak berangkat bereng.

Dan diapun tiba, kami lanjutkan lagi perjalanan. Berhubung aku tidak tau jalan menuju Muara Angke, aku memutuskan untuk berjalan di belakang. Komandan Obie yang berada di depan, dia bertugas sebagai penunjuk jalan kami.

Kukira perjalanan menuju Muara Angke akan berjalan dengan mulus, akan tetapi perkiraanku salah. Setelah bertanya dan diberi petunjuk oleh seseorang, kamipun memutar jalan haluan, ahahah..rupanya kami salah jalan.

Kurang lebih pukul 6 pagi, akhirnya kami sampai di Muara Angke. Kami parkirkan motor di halaman kantor polisi yang berada kira-kira 30 meteran dari tempat pelelangan ikan. Rupanya oceph telah sampai terlebih dahulu, padahal dia saat kami mulai berjalan dia masih berada di rumah.
Setelah memarkirkan motor, aku dan Oceph berjalan ke dermaga. Hal itu kami lakukan, untuk mencari peserta yang barangkali sudah berada didalam.

Baru saja aku dan Oceph berjalan, rupanya Reddy dan Bagus mengikuti kami, sedangkan komandan Obie dan Ikhwan stay di kantor polisi untuk menunggu peserta yang belum datang.
Aroma bau amis ikan menjadi penghantar jalan kami untuk sampai ke dermaga, kegiatan jual beli, ramainya kendaraan yang lalu lalang menjadi pemandangan yang harus dinikmati. Kami hentikan langkah kira-kira 10 meter sebelum pintu masuk ke dermaga.

Suasana sangat ramai, banyak orang membuat kami bingung mana yang peserta dalam rombongan kami dan mana yang bukan. Tampak seseorang berkulit hitam dengan menggendong sebuah tas besar sedang berdiri, oo..rupanya dia salah satu koordinator acara ini. Kamipun duduk disebuah warung sambil memantau keadaan sekitar.

Tampak 3 orang wanita sepertinya sedang kebingungan, aku menyuruh Reddy untuk menghampirinya, karena aku yakin mereka yang nantinya adalah rombongan kami. Ternyata benar, mereka adalah peserta dari trip ini. Dan Reddypun mengajaknya bergabung dengan kami sambil menunggu yang lain.
Hampir setengah jam berada di tempat ini, beberapa peserta yang akan mengikuti trip ini perlahan mulai berdatangan.

Dan akhirnya sang koordinator acarapun tiba ditempat kami berkumpul, setelah sebelumnya ia standby di depan. Mengikuti aba-aba darinya, kami semua yang telah berkumpul diperintakan untuk segera menuju dermaga dan menaiki kapal yang akan mengantar kami ke pulau Tidung. Sementara ia dan panitia lainnya menunggu peserta yang belum datang, ditempat kami berkumpul tadi.

Memasuki dermaga kapal, astaga..banyak sekali orang yang akan menyebrang, mungkin karena libur panjang. Di dermaga itu, terdapat beberapa kapal dengan berbagai tujuan. Rupanya kapal yang akan kami tumpangi berada di depan, akupun langsung menuju kapal yang dimaksud.

Di atap kapal tampak telah terisi penuh oleh penumpang, rombongan kami lebih memilih untuk duduk di dalam. Rupanya di dalam masih kosong, kamipun mencari tempat untuk duduk. Aku, Jiteng, Oceph dan Bagus lebih memilih untuk untuk dibelakang, agar terhindar dari kegerahan.

Kapal belum berangkat, menunggu muatan terisi penuh. Sembari menunggu berangkat, Oceph keluar membeli kopi untuk teman perjalanan nanti. Suasana riuh dan ramai sangat terasa, banyaknya orang yang hendak nyebrang membuat kapal kami semakin penuh.

Kapal telah terisi penuh, mungkin sekitar 200an orang yang telah memadati kapal ini. Akhirnya pukul 7 kurang 15, kapal yang kami tumpangipun berangkat. Sementara beberapa panitia masih stay di dermaga untuk menunggu peserta yang belum datang. mereka akan menggunakan kapal yang selanjutnya.

Kapal bergerak dengan perlahan, mungkin sekitar 15-20 km/jam. Menurut info dibutuhkan waktu 3 jam untuk sampai ke pulau Tidung, Hmm..gak kebayang rasanya. Obrolan-obrolan menjadi sahabat perjalanan kami, tak lupa dengan kopi yang dibeli tadi menjadi pelengkapnya. Rasa bosan harus kami cerna, begitupun rasa lapar yang perlahan mulai datang harus kami tahan.

Melihat jam, tampak pukul 8:30. haduuhh…kirain udah jam 9an, brarti baru setengah perjalanan. Disetengah perjalanan itu, sang nahkoda menaikan kecepatannya. Kapal bejalan menjadi cepat, tidak seperti yang sebelumnya. Sementara itu rasa lapar semakin kian terasa, hanya ager kecil menjadi pengganjalnya.

Rupanya tidak sampai 3 jam, pukul 9:30 kapal kami telah merapat di dermaga pulau tidung, birunya air laut menyambut kedatangan kami. Tapi sayang tidak sedikit adanya sampah plastik menutupi birunya air laut. Mungkin karena banyaknya penduduk dan banyaknya pengunjung, sehingga resiko terhindar dari sampah tidak bisa dielakkan.

Turun dari kapal, kami semua menuju sebuah warung sembari menunggu kloter selanjutnya mendarat. Kami bahasi tenggorokan dengan segarnya air bersoda dan es teh manis, aku lebih senang menikmati es kemong yang dijual oleh seorang ibu-ibu, begitupun juga Ikhwan dan beberapa lainnya.

Lebih kurang setengah jam menunggu, kloter berikutnya tiba. Kang Erwin tampak menjadi komandannya, karena dia berada di garda depan. Tampak beberapa peserta dan panitia turun dari kapal, dan bergegas mendatangi rombongan kami yang telah merapat terlebih dahulu. akhirnya semua yang tergabung dalam trip ini, baik peserta dan panitia, telah berkumpul.

Semua peserta dibawa ke penginapan oleh panitia. sementara aku, tante Nha2, Uchit, Reddy, Bagus, Ikhwan dan temennya Bagus (amel kalo gak salah) sedang asik menikmati bakso yang baru saja kami pesan. Kami menikmati bakso sambil melihat anak-anak kecil pulau tidung yang sedang bermain permainan anak kecil. Eheheh…jadi inget jaman kecil dulu.

Selesai makan, kami bukannya menuju penginapan, tetapi melihat tante Nha2 dan Ikhwan yang sedang bermain bersama anak-anak kecil tersebut. Satu persatu mereka ber-2 menikmati permainan itu, sepertinya mereka sedang kembali ke masa kecilnya dulu.

Tante Nha2 dan Ikhwan telah selesai bermain bersama anak-anak tersebut, kamipun mulai bergegas menuju penginapan. Baru saja beberapa langkah berjalan, langkah kami terhenti di depan sebuah gerobak. Wahhh…ternyata ada tukang es goyang, berhubung di tempat kami sudah jarang, kami menyempatkan diri untuk menikmati es goyang tersebut.

Entah sudah berapa lama tidak menikmatinya. Sembari memakan es goyang, kami meminta kepada si pedagang untuk membuat es goyang tersebut, kebetulan sang pedagang memang ingin membuatnya, jadi kami bisa menyaksikannya. Cetakkan es dimasukan kedalam lubang-lubang yang dibawahnya berisi air garam dan es batu. Bahan yang dibekukan dimasukan kedalam cetakan, lalu digoyang-goyangkan, hingga menjadi beku.

Sedang asik menikmati es goyang, Juppy dan kawan-kawanpun datang, waahh…rupanya mereka menjadi rombongan terakhir. Salam-salaman sebentar, akhirnya kami semua menuju penginapan. Padahal kami tidak tau dimana penginapan untuk kami. Tapi di jalan kami bertemu dengan Abe dan Istrinya, diapun menunjukkan jalan.

Berbekal petunjuk dari Abe, kami mulai mencari penginapan yang akan kami singgahi nanti. Kira-kira 70an meter berjalan, akhirnya kami tiba di penginapan yang akan kami singgahi. Waahh…rupanya ada beberapa wanita yang sedang terlelap, jadi kepengin tidur,,tapi gak bisa..soalnya harus jumatan.

Pukul 11:30, para lelaki sudah bergerak menuju masjid untuk menunaikan shalat jumaat. Tetapi beberapa yang lainnya masih istirahat di penginapan, begitupun juga aku. Dan pukul 11:45 aku berangkat ke Masjid diikuti beberapa teman yang lain. Mendengarkan ceramah, dan shalat jumatpun dimulai.

Selesai shalat jumat, kami kembali ke penginapan dan dilanjutkan dengan makan siang bersama di penginapan yang berisi khusus wanita. Makan siang yang sungguh nikmat, saking nikmatnya hingga ada yang tidak kebagian. Ini gara-gara jatah yang gak dapet dimakan sama Ikhwan, wajar saja…porsi makannya dia kalo dihitung bisa 3 piring.

Setelah perut sudah kenyang, aku kembali ke penginapan. Aku sandarkan tubuhku di tembok halaman penginapan, sambil ngenjrang-ngenjreng. Ingin hati mau tidur, tapi suasananya membuatku enggan untuk tertidur, akhirnya rasa kantuk ini aku coba lawan. Kulawan rasa kantuk itu, dengan sedikit beryanyi dan minum kopi.

Tak terasa sudah hampir jam 14:00, seluruh peserta diajak bersepedah keliling pulau oleh panitia. Akupun bergegas memilih sepeda yang akan menjadi temanku nanti. Karena aku terus sibuk dengan urusanku, akhirnya aku tertinggal oleh rombongan. Tidak hanya aku yang tertinggal, tetapi ada Ucit, Maul dan Meli.

Kami ber-4 mencoba mengejar rombongan, tetapi sejauh mengayuh sepeda kami tidak menemukan rombongan. Kata si One mau menuju ke pulau tidung timur, alhasil kami ber-4 potong jalan dengan harapan bisa mengejar rombongan.

Sepeda terus dikayuh, tetapi tidak nampak rombongan kami. Hingga pada akhirnya, kami tiba di tidung timur, tidak jauh dari jembatan untuk menuju Pulau tidung kecil. Kami melihat sepeda-sepeda yang terparkir, akan tetapi tidak nampak sepeda yang dipakai oleh rombongan kami.

Sedikit bingung, kok mereka tidak ada?, dan akupun mencoba menghubungi One. Astaga..ternyata mereka sedang berada di Tidung barat. Ya sudah, akhirnya kamipun menunggu rombongan. Duduk disebuah warung, Maul dan Meli memesan kelapa muda dan siomay, akupun memesan kopi.

Aku, Maul dan Meli sedang asyik menikmati hidangan, tetapi Uchit lebih memilih untuk menjajal kamera barunya. Dia arahkan kameranya untuk mendapatkan objek gambar yang diinginkan. Dan akupun menghampirinya, berharap menjadi objek jepretan kameranya, diapun bersedia jika aku menjadi objek gambarnya.

Hampir 1 jam menunggu, satu persatu rombonganpun datang. ada yang duduk-duduk, ada yang berfoto-foto dan ada juga yang langsung menuju ke jembatan. Di jembatan tampak terlihat atraksi terjun dari jembatan yang dilakukan pengunjung lain dan anak-anak kecil penduduk sekitar.

Melihat tidak sedikitnya orang yang sedang berenang dan bersnorkle, aku jadi ingin menceburkan badanku di tenangnya air laut itu. Berenang sambil snorklingan kayanya asik juga, untuk itulah aku kembali ke penginapan ntuk mengambil alat snorkle. Aku dan Reddy kembali ke penginapan untuk mengambil alat snorkle dengan menggunakan sepeda.

Kukayuh sepeda tanpa henti, berharap bisa segera sampai ke penginapan. Sampai di penginapan, setelah mengambil alat snorkle Reddypun menganti celananya untuk berenang nanti, akupun menunggunya di luar. Dan kukayuh lagi sepedaku untuk kembali ke tempat tadi, sementara Reddy tertinggal dibelakangku.

Sampai di lokasi, aku bergegas menuju ke atas jembatan, tampak beberapa temanku sedang menyaksikan atraski terjun dari atas jembatan. Rupanya salah satu dari temanku sudah ada yang terjun terlebih dahulu, keinginan untuk ikutan terjun mulai menggebu di hatiku, perasaan hati selalu mendorong untuk aku mencobanya.

Akupun ingin mencobanya, kulangkahi pagar pengaman jembatan agar aku berada di tepinya. Akan tetapi perasaan takut sedikit menggangu, sehingga membuatku jadi ragu-ragu. Reddy, Juppy dan Adip telah terjun terlebih dahulu, kini saatnya giliran aku. Setelah yakin akupun terjun dari ketinggian sekitar 10 meter.

Waaaaahhhh…mantap.. seketika perasaan itu membasahi seluruh badan setelah melakukan terjun dari jembatan. Satu persatu teman-teman yang lainnya ikut mencoba, dan akupun ingin mengulanginya lagi. Sungguh kejadian yang luar bisa, tidak bisa diceritakan dengan kata-kata, hanya mencoba yang bisa menjawabnya.

Aku kembali ke atas jembatan untuk mencobanya lagi, akan tetapi aku menyuruh Uchit untuk memotoku saat aku terjun. Aku telah berada di tepi jembatan dan siap untuk terjun setelah aba-aba dari Uchit. Waaaaauuuuwww…perasaan senang kembali membasahi tubuhku, bener-bener mantab banget terjun dari atas jembatan itu.

Aku berenang ke arah tepi untuk melihat foto hasil jepretan Uchit, tetapi Uchit bilang kalo hasilnya kurang bagus, untuk itu dia menyurhku terjun kembali, dengan senang hati aku menerima suruhannya. Aku kembali ke atas jembatan, dan melakuklan terjun kembali, tetapi terjun kali ini aku sembari menggunakan alat snorkle.

Aku terjun lagi sambil mengahadap ke kamera, byuuuuuuaaaaarrrr…seketika tubuhku menghujam air laut lagi. Saat seluruh tubuh tenggelam ke dalam air, aku merasa alat snorkleku terlepas. Setelah tiba dipermukaan kudapati alat snorkleku tidak ada, alias tenggelam. Waduuuh..gawat nih, aku coba ngambil ke dasar tapi tidak bisa karena tidak kuat, dan akupun pasrah.

Anak-anak kecil penduduk sekitar mencoba untuk mengambilnya, akan tetapi gagal, akupun menjadi semakin pasrah. Temanku Adip mencoba untuk mengambilnya, dan iapun langsung menyelam ke dasar, Adip melihat dan langsung ingin mengambilnya. Baru saja ia ingin mengambilnya, akan tetapi anak kecil sudah lebih dahulu mendapatkannya, syukurlah.

Anak tersebut memberikan alat snorkleku kepada Adip dan Adip memberikannya kepadaku. Alhamdulillah…berarti alat ini masih menjadi jodohku, aku kemudian memanggil anak tersebut, untuk memberikannya sesuatu. Aku kembali ke permukaan untuk melihat hasil fotoku saat terjun tadi, waahhh…kereeeen…gayanya pas.

Setelah selesai melihat foto, aku kembali ke air untuk berenang dan bersnorkle ria, rombongan yang sepertinya sedang asik menikmati pulau Tidung kecil. Tak terasa matahari telah temggelam di ufuk barat, saatmya aku dan beberapa temanku menyudahi berenang dan bersnorkle ria untuk hari ini. Kamipun kembali ke penginapan untuk bersih-bersih dan mandi.

Kembali ke penginapan menggunakan sepeda, agin yang kencang dari arah laut membuat sepeda yang kami kayuh terasa berat. Sepeda seperti melintas di jalan yang menanjak, sangat tersa berat dikayuh, karena harus melawan arus angin yang berhembus kencang ke arah kami. Dan sampai akhirnya kamipun tiba di penginapan dengan wajah ceria.

Sampai di penginapan rencananya aku ingin langsung mandi, akan tetapi aku harus antri menggunakannya. Sembari menunggu, aku duduk-duduk sambil ngopi-ngopi di teras depan bersama yang lainnya yang juga menunggu untuk mendapat giliran mandi. Maklumlah, di penginapan itu hanya terdapat 1 buah kamar mandi, jadi musti antri.

Pukul 19:00 menu makan malam telah dihidangkan, berhubung perut sudah lapar akibat aktifitas tadi, akupun mengambil makan malam dan diikuti juga dengan yang lain. Makan malam terasa istimewa karena dilakukan bersama-sama. Makan malam sembari membunuh waktu menunggu giliran untuk mandi, mantap sangat bagiku.

Makan malam selesai, aku kembali ke depan teras, begitu juga yang lain. Pukul 19:30 seluruh laki-laki belum kebagian jatah mandi, begitupun juga aku. Sembari menunggu, Maul mengeluarkan kartu remi, ia mengajak yang lain untuk bermain poker, tapi aku dan beberapa yang lainnya gak tau cara mainnya.

Akhirnya Maul memainkan beberapa trik sulap, wauuuwww…mantap, permainan sulap yang membuat kami tercengang. Setelah memainkan sulap, kami memainkan permainan lain yang masih menggunakan kartu remi tersebut, main polisi maling. Sebelum main polisi maling, Maul sempat memberitahu salah satu trik sulap yang dimainkannya tadi, ooohhh…rupanya begitu toh triknya.

Permainan maling polisipun dimulai, tetapi banyak diantara kami yang belum tau permainannya, dan Juppypun menerangkannya. Setelah semua paham, kamipun memainkan permainannya, banyak tawa yang keluar dari bibir kami, karena kelucuan permainan ini. Raut wajah dan ekspresi muka dari para pemain membuat permainan ini menjadi lucu.

Tak terasa, karena permainan tersebut waktu telah menunjukkan pukul 21:30, akhirnya aku kebagian jatah mandi, dan berhenti dari permainan itu. Yang belum kebagian jatah mandi masih melanjutkan permainan itu. Huuufffhh…akhirnya setelah 2 jam menunggu akhirnya aku bisa mandi dan bersih-bersih.

Aku telah selesai mandi, saatnya yang belum mandi mendapat giliran mandi. Aku menuju ke depan teras, rupanya permainan tadi telah selesai. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol di teras depan sembari nyanyi menggunakan gitar, tak lupa kopi menjadi pelengkap suasana saat sedang bersama.

Pukul 22:30, rasa ngantuk mulai menyerangku, aku terus coba menahannya, akan tetapi aku tidak berdaya. Aku menuju ke dalam, kulihat sebuah bangku sedang tidak bertuan, akupun mendudukinya sambil merebahkan tubuh. Tak beberapa lama akupun tertidur pulas, sehingga tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan teman-teman yang belum tidur.
Sabtu, 3 april 2010

Pukul 5:30 aku sudah terbangun, tampak yang lainnya juga sudah terbangun, tapi tidak sedikit juga yang masih tertidur. aku menuju kamar mandi untuk membasuh muka dan gosok gigi, tapi tidak mandi. Setelah dari kamara mandi, aku menuju ke teras depan, tampak teman-teman yang terbangun sedang asik menikmati teh manis, dan ada juga yang masih tertidur di teras depan.

Dari teras depan kulihat sudah banyaknya teman-teman yang lain sedang asik mengayuh sepeda. Karena hari masih gelap, tampaknya mereka ingin melihat sunrise dari pantai. Tapi aku lebih memilih untuk tetap di penginapan, soalnya males banget main sepedaan, dah gitu tampak langit terlihat mendung, jadi kemungkinan untuk melihat sunrise yang bagus, sepertinya tidak mungkin.

Pandanganku tertuju pada sebuah rumah yang menjual nasi uduk, keinginan untuk membelinya tak bisa kutahah. Tetapi Jiteng menyarankanku untuk tidak membelinya, karena nanti juga dapet sarapan, aku mengiyakan sarannya. Benar saja tak lama berselang, sarapan datang. Rupanya menu sarapan paginya ialah nasi uduk, untung tadi gak jadi beli.

Pukul 6:00, kami yang berada dipenginapan segera menyantap sarapan. Tapi sayang, lauknya gak cocok, nasi uduk ditemani ikan, tapi gak apa-apa. Tak lama berselang, teman-teman yang tadi bersepedahan telah kembali, merekapun langsung mengambil posisi untuk mangambil sarapan yang terhidan di atas meja.

Selesai sarapan, kami masih menikmati suasana pagi di penginapan, ada yang mandi, ada juga yang santai-santai. Pukul 7:00 pagi kami harus segera bersiap-siap untuk bersnorkle di luar pulau tidung. Setelah bersiap-siap, dan barang-barang yang diperlukan sudah ditangan, kami bergegas menuju dermaga.

Semua telah sampai di dermaga, satu persatu rombongan menaiki perahu yang telah disewa. Mengarungi laut hampir 1 jam, kami sampai di spot pertama untuk bersnorkle ria. Aku tak tau itu dimana, yang aku tau itu spot pertama yang kami kunjungi. Tanpa basi-basi semuanya menceburkan diri ke air laut yang biru itu, termasuk juga aku.

Pemandangan bawah lautnya begitu indah, sayang agak begitu dalam. Tapi itu semua tidak sedikitpun memudarkan semangat kami untuk menikmati pemandangan bawah laut sambil bersnorkling. Tampak ikan-ikan penghuni laut sedang berenang dengan indahnya, ada yang mencari makan diantara coral.

Coralnya juga indah, banyak ikan-ikan sedang asik bermain didekatnya. Ditengah sedang asiknya bersnorkle, aku memutuskan untuk kembali ke perahu, karena sudah tidak kuat dan dada terasa sakit. Ku coba berenang menuju perahu, tapi sangat sulit untuk mengapainya, padahal jarak perahu terdekat tidak begitu jauh, mungkin karena kecapean membuat itu terasa sangat sulit.

Dengan bersusah payah, akhirnya akupun berhasil mengapai badan perahu, lalu aku menaikinya. Sesampainya di perahu, aku langsung merebahkan tubuhku. Perut terasa mual, dan kepala terasa sangat pusing, sepertinya ini akibat kecapean yang teramat sangat. Perahu bergoyang akibat gelombang air laut, membuat kepala semakin pusing, oleh karena itulah aku lebih memilih tidur.

Aku tertidur di perahu, sepertinya yang lainnya masih asik bersnorkling, tapi ada juga yang sudah naik ke perahu. Aku telah tertidur pulas, sepertinya perahu telah berjalan kembali untuk ke spot selanjutnya. Entah sudah berapa lama aku tertidur, saat aku terbangun kami telah tiba di spot selanjutnya. Dan keadaanku sudah kembali normal seperti sedia kala.

Satu persatu semua turun ke air, ada juga yang gak ikutan turun. Tak beberapa lama, karena merasa kondisi sudah membaik, akhirnya aku ikut turun juga. Kedalamannya tidak seperti spot pertama tadi, pemandangan bawah lautnyapun juga lumayan bagus. Akan tetapi coral di spot ini sudah mati, sungguh sayang..padahal tidak begitu dalam.

Hampir 45 menit kami bermain dengan air laut, saatnya naik ke perahu dan bersiap untuk menuju spot selanjutnya. Berhubung sudah hampir jam 11:30, sepertinya perjalanan ke spot selanjutnya ditunda terlebih dahulu, karena kami harus makan siang. Kami menuju pulau payung untuk tempat makan siang, karena pulau itu yang terdekat dari spot kami.

Semuanya telah berada didalam perahu, kini saatnya bergerak ke pulau payung. Kurang lebih setengah jam mengarungi lautan, akhirnya kami merapat di pulau payung. Air di dermaganya sangat biru dan bersih, nyaris tidak sampah-sampah plastik yang menghiasi airnya. berbeda sekali dengan dermaga pulau tidung, yang banyak dihiasi sampah-sampah plastik.

Makan siang di pulau payung, dengan menu teri kacang, udang dan tumis buncis sangat memanjakan perut kami. Sambil menikmati pemandangan sekitar pulau payung, sungguh semakin terasa nikmat suasana makan siang. Makan siang telah selesai, tapi kami tidak langsung bergegas meninggalkan pulau ini, sebagian ada yang asik berjalan-jalan disekitar pulau sambil berfoto-foto, sebagian ada yang menuju warung.

Aku, Ikhwan, Reddy, Juppy, Jiteng dan Jeppy bergerak menuju warung untuk mengisi waktu istirahat. Sampai di sebuah warung, rupanya sudah ada beberapa teman wanita yang sedang duduk-duduk di bangku depan warung. Aku dan Jiteng memesan segelas kopi, menikmati kopi sambil duduk-duduk di teras depan rumah pemilik warung.

Kopi belum habis kuminum, akan tetapi perut terasa mulas dan ingin rasanya menuju toilet. Akupun bergegas menuju toilet (umum) yang berada di dekat dermaga, setelah sebelumnya menuangkan kopi ke dalam plastik agar bisa dinikmati kembali. Rupanya Ikhwan juga ingin ke toilet, alhasil aku harus berebut dengannya, tapi aku kalah cepat.

Bongkar muat telah selesai, aku langsung menuju bale dibawah pohon untuk duduk-duduk santai bersama kang Erwin, komandan Obie, Reddy, Ikhwan, Jiteng dan juga Oceph. Duduk-duduk sambil menikmati kopi yang kubungkus tadi, tampak yang lain sedang asik berfoto-foto sembari mencari objek yang bagus.

Pukul 14:00 istirahat telah selesai, saatnya kami menikmati keindahan di spot selanjutnya. Rencananya spot selanjutnya ialah pulau air, akan tetapi itu harus dibatalkan karena kondisi angin yang tidak bersahabat. Kami harus mengambil resiko jika tetap nekat ingin ke pulau air, mempertimbangkan keselamatan akhirnya dengan berat hati harus dibatalkan.

Tidak jauh dari sekitaran pulau payung, akhirnya lokasi ini dipilih untuk spot terakhir kami. Spot terakhir ini lebih bagus dari 2 spot sebelumnya (menurutku), selain tidak begitu dalam, coralnyapun hidup. Banyak anemon-anemon yang bergerak-gerak mengikuti arus air, ikan-ikannya juga cantik-cantik, mereka menari-nari berenang kesana kemari.

Aku sangat puas dengan keindahan di spot ini, mungkin juga yang lain merasakan hal serupa. Lagi asik bermain dengan air laut, kulihat beberapa teman-teman sudah banyak yang naik ke perahu, tapi masih ada juga yang masih bermain-main di air, begitupun juga aku. Aku terus bermain dibirunya air laut, hingga akhirnya temanku menyuruhku naik ke perahu, karena harus segera kembali ke pulau tidung, dan akupun mengiyakannya.

Semua telah naik ke perahu, begitupun juga aku. Tak berselang lama perahupun berjalan, kami kembali ke pulau tidung. Akhirnya bersnorkle ria telah usai, saatnya kami kembali ke penginapan. Semoga lain waktu aku bisa menikmati kembali di tempat yang lebih indah dan mempesona.

Angin dan gelombang kencang membuat perahu yang kami naiki bergoyang begitu dashyat. Aku yang tadinya ada ditengah sambil tiduran, beranjak pindah ke depan. Wauuuuwww..perahu kami terus menerjang gelombang, dan selalu menghempas ke permukaan laut, teriakan-teriakan kami membuat suasana menjadi meriah dan tidak begitu mengerikan.

Juppy yang berada di sebelahku terlihat KO, sepertinya ia sudah tidak kuat menahan goncangan perahu, tapi mukanya masih ceria. Perahu terus terombang-ambing akibat gelombang yang besar, dan akupun kembali ke tengan dan tiduran, karena udah capek teriak-teriak dan kepala sudah mulai terasa pusing. Ternyata lebih asik menikmati suasananya sembari tiduran, mantab.

Hampir 1 jam mengarungi lautan, pulau tidung telah nampak terlihat, akan tetapi sepertinya kami tidak lekas sampai ke dermaga itu. Aku dan Juppy sudah tidak tahan, rasanya ingin buru-buru turun dari perahu ini, aku dan Juppy terus menggerutu ingin segera sampai ke dermaga.

Aaahhh…akhirnya kami sampai juga di dermaga pulau tidung, perahu diparkirkan dan satu-persatu semua turun dari perahu. Turun dari perahu, semua menuju penginapan untuk beristirahat, tetapi tidak dengan aku dan beberapa temanku. Aku, Juppy, Ikhwan, tante Nha2, Dito, Uchit, Jeppy dan Adip lebih memilih untuk ke tidung timur sembari menghabiskan waktu yang telah menjelang sore.

Berjalan kaki menuju tidung timur, lumayan menghabiskan waktu hampir setengah jam. Sampai di tidung timur, di jembatan terlihat sepi, hanya ada orang-orang yang sedang asik berenang-renang dibawahnya. Kamipun duduk-duduk ditepian, bersiap untuk bermain air lagi. Tetapi aku, Ikhwan, Dito dan Adip begegeas menuju ke atas jembatan, kami akan melakukan terjun seperti kemarin.

Sampai di tepi jembatan, kami lalu terjun secara bergantian, tampak seorang turis asing sedang bersiap untuk mengabadikan kejadian yang kami lakukan. Aku menjadi orang terakhir yang terjun, Waaauwww…sensasi seperti kemarin kembali kurasakan lagi, tubuh seketika menghujam air laut, berenang-renang sebentar sebelum ke tepian.

Aku, Adip, Dito dan Ikhwan kembali ingin terjun dari jembatan, kami ber-4 kembali menuju ke atas jembatan. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini kami akan terjun secara bersama-sama. Kami mengambil posisi dan memberi jarak, Dito memberi aba-aba, pada hitungan ke 3 kami harus terjun secara bersama-sama, Juppypun sudah siap untuk mengabadikannya.

1..2..3.. kami mulai terjun bersama-sama, yeeaaahh…kami berhasil terjun bersama-sama. Dito dan Adip yang berada disebelah kiriku mengatakan, saat tubuh mereka menghujam air dan tengelam, kaki mereka menepak permukaan dasar. Waahh…berarti kedalamannya beda lebih dangkaldengan yang ditengah, tapi itu tidak terjadi pada Ikhwan dan aku.

Setelah terjun dari atas jembatan, kami semua (kecuali Uchit dan Juppy) berenang-renang di tempat ini. Tiba-tiba suasana menjadi ramai, tampak terlihat banyaknya orang yang ingin terjun dari atas jembatan, akupun melihatnya sambil berenang-renang. Adip dan Ikhwan kembali ingin melakukan terjun dari jembatan. Sementara aku, Dito, tante Nha2 dan Jeppy malah semakin asik berenang-renang.

Saat aku sedang asik berenang, rupanya Ikwan terjun dengan gaya salto, dan itu berjalan mulus, sayang aku tak melihatnya. Ia mengulanginya lagi, ia menuju ke atas jembatan, ia meminta Juppy merekam kegiatannya, iapun berbicara di depan kamera HP yang dipegang Juppy, ia bergaya seperti seorang presenter.

Objek telah terekam, Ikhwanpun bersiap terjun, aku memperhatikannya dari bawah. Ahahah…sayang ia tidak berhasil, tidak seperti yang pertama. Kemudian ia mencobanya lagi, tetapi dengan gaya yang berbeda. Ia akan melompat dengan gaya salto ke belakang, ia kemudian menuju jembatan.

Seperti yang dilakukannya tadi, Ikhwan meminta Juppy untuk merekam atraksinya. Ia mengoceh didepan kamera HP, seperti yang dilakukannya tadi ia bergaya seperti seorang presenter. Aku memperhatikannya dari bawah, ku lihat ia sedang bersiap-siap, tampak ia sedang melakukan pemanasan, pemanasan kecil sebelum terjun.

Ikhwanpun terjun, ia ingin melakukan salto tetapi sepertinya ragu. Alhasil dadanya menghujam permukaan air, suaranya sangat jelas terdengar di telingaku. Aku dan beberapa pengunjung lain tertawa terbahak-bahak, begitupun juga dengan teman-temanku. Kulihat ia sedang menahan sakit akibat dadanya menghujam air, ahahahahah. (untuk lengkapnya lihat ajah rekamannya).

Sedang asik berenang-renang, tidak terasa hari mulai gelap, kami yang berada di air segera naik ke atas permukaan. Setelah berenang-renang, perut kami menjadi lapar, sebelum kembali ke penginapan, kami menyempatkan untuk makan bakso. Tampak sunset terlihat begitu indah di barat sana, sayang gak punya kamera, alhasil ingatan menjadi pengganti kamera.

Selesai mengabiskan sore di tidung timur, kami bergerak menuju penginapan untuk beristirahat dan bersih-bersih. Kurang lebih 45 menit berjalan, dan kami akhirnya sampai di penginapan, aku masuk kedalam dan tak lama kembali teras depan, duduk-duduk dan berbincang dengan teman-teman yang sedang asik menikmati kopi.

Tak lama berselang, makan malampun datang. semua yang merasa lapar langsung mengambil menu makan malam. Sayur sop, ikan bakar dan cumi pedas menjadi lauknya. Makan malam bersamapun dimulai, tetapi aku tidak ikut makan malam, karena perut masih kenyang akibat makan bakso tadi, alhasil aku lebih memilih untuk mandi.

Tak beberapa lama menunggu, kulihat kamar mandi kosong tak berisi. Tak seperti kemarin, kali ini tidak perlu menunggu lama untuk dapet jatah mandi, akupun mandi dan bersih-besih. Baru saja mandi, tiba-tiba tepat di depan kamar mandi terjadi kegaduhan, terdengar suara wanita-wanita tertawa senang. Sepertinya suara gaduh itu muncul akibat mereka sedang mengeramasi Ikhwan.

Selesai mandi, aku langsung bergabung dengan teman-teman di depan teras untuk nyanyi-nyanyi dan minum kopi. Bercengkrama menikmati malam terakhir di pulau tidung, dan berharap waktu tidak berputar. Sebagian dari kami ada yang pergi ke dermaga, mereka adalah pria dan wanita pencari sinyal, tetapi aku lebih memilih untuk tetap di penginapan.

Menjelang larut malam, rasa ngantukpun sedikit demi sedikit mulai datang, aku mencoba untuk melawannya. Aku terus memainkan gitar agar rasa ngantuk itu hilang, akan tetapi lama kelamaan menjadi bosan. Kuberikan gitar kepada Maul, kudengarkan lagu-lagu yang dimainkannya sambil sedikit mengeluarkan suara. Tetapi semakin mendengarkan petikan gitar, aku semakin terbuai oleh rasa ngantuk itu.

Aku tidak berdaya melawannya, dan akupun menyerah oleh rasa ngantuk itu. Aku menuju ke dalam, banyak teman-teman yang sudah terlelap terlebih dahulu, akupun mengambil posisi untuk tidur. sementara para pria dan wanita pencari siyal, belum tampak kembali ke penginapan. Dan akhirnya akupun tertidur pulas diatas matras itu.


Minggu, 4 april 2010

Pukul 5:50, pagi hari aku telah terbangun dari tidur nyenyak, begitu juga dengan yang lain. aku segera menuju kamar mandi untuk gosok gigi dan membasuh muka. Kami semua harus segera bersiap-siap membereskan barang-barang bawaan, karena tepat pukul 7 nanti kami harus menuju dermaga untuk kembali ke Muara Angke, dan pulang.

Untung saja barang bawaanku telah aku bereskan semalam, jadi aku tidak ikut-ikutan sibuk seperti beberapa temanku yang lain. pukul 6:00, sarapan untuk kami datang, kami semua sarapan sebelum pulang. Nasi uduk menjadi menu sarapan pagi, semuapun mengambil sarapan untuk mengisi perut yang kosong pagi ini, tak lupa teh manis hangat menjadi penutupnya.

Yang lain sedang sarapan, tetapi tidak denganku. Aku lebih memilih untuk ngemil-ngemil dan minum teh. Aku tau resikonya jika tidak sarapan , saat perjalanan pulang nanti perutku pasti sangat lapar. Tetapi aku tidak mau menanggung resikonya jika aku sarapan, karena waktu yang mepet dan kamar mandi yang selalu penuh dipagi hari, oleh karena itulah aku lebih memilih tidak sarapan.

Selesai sarapan, saatnya kami harus bersiap-bersiap untuk ke dermaga. Barang telah dibereskan, kamipun akhirnya berjalan ke dermaga dan meninggalkan penginapan. Pukul 7 kurang kami sampai di dermaga, kami langsung menaiki kapal. Tadinya aku ingin duduk didalam kapal, agar terhindar dari terik panas matahari saat perjalanan nanti.

Aku masuk ke dalam kapal, akan tetapi yang kudapati di dalam sudah penuh, dan akupun keluar. Di atap kapal belum begitu penuh, aku dan juga teman-teman yang tidak kebagian duduk di dalam menaiki atap kapal. Penumpang sudah memenuhi kapal, pukul 7 pagi kapalpun mulai bergerak meninggalkan dermaga pulau tidung.

Hari masih pagi, terlihat matahari belum memberikan panasnya yang dasyhat, gelombang air lautpun tampak tenang, sepertinya perjalanan akan sangat menyenangkan jika terus seperti ini. 15 menit setelah meninggalkan dermaga pulau tidung, kapal berjalan tidak begitu kencang, menikmati birunya air laut dan melihat pemandangan sekitar, tampak gugusan pegunungan di kejauhan sana.

Setengah jam perjalanan, aku, Uchit, Reddy dan Ikhwan memilih untuk bermain gaplek. 2 putaran permainan, posisiku di gantikan oleh Bagus karena kekalahanku bermain. Setelah itu, aku lebih memilih untuk merebahkan tubuh untuk tidur, angin yang berhembus sepoy-sepoy dan cuaca yang bersahabat, membuatku tertidur pulas di atas atap kapal ini, suara mesin dan knalpot kapal tidak aku hiraukan.

Disaat tidurku, tiba-tiba aku merasakan panas yang teramat sangat, dan akupun terbangun. Rupanya matahari sedang memberikan panasnya, tidak ada penghalang panasnya, akupun menggunakan jaket untuk sedikit menghalangi panasnya yang mulai menusuk kulit. Kututupi tubuh ini dengan menggunakan jaket, lalu aku melanjutkan tidurku lagi.

Entah sudah berapa lama aku tertidur, akupun terbangun akibat panas yang teramat sangat. Aku terduduk sambil menurunkan kepala yang ditopang oleh dengkul, dari posisi itu tak kudapati lagi panas yang teramat sangat, panas itu sepertinya berasal dari mesin kapal yang berada di bawah atap, tidak jauh dari tempatku duduk.

Aku sudah benar-benar terbangun, teriknya matahari membuat penumpang di atap kapal mencari perlindungan. Ada yang berlindung dengan payung, ada juga yang berlindung menggunakan jaketnya. Kulihat beberapa dari mereka sedang tertidur pulas, begitu juga dengan temanku yang tadinya bermain gaplek.

Aku menikmati pemandangan sekitar, tampak di kejauhan sana terlihat dermaga Muara Angke yang disesaki oleh banyaknya kapal yang sedang bersandar. Air laut sudah terlihat berwarna coklat, dan tidak sedikit pula terlihat sampah yang terapung di permukaan air laut, tinggal beberapa menit lagi kapal kami akan merapat di dermaga Muara Angke.

Air laut terlihat semakin berwarna coklat pekat yang tercampur oleh minyak, sampahpun semakin banyak terlihat, dan aroma khas dermaga Muara Angke tercium sangat kuat. Akhirnya setelah 3 jam perjalanan, kapal kami merapat di dermaga Muara Angke, satu pesatu para penumpang turun dari kapal.

Di tempat ini kami dipertemukan, dan ditempat ini pula kami harus berpisah. Seluruh peserta dan panitia bergerak meninggalkan dermaga untuk melanjutkan pulang, setelah sebelumnya saling bersalaman sambil berucap “sampai ketemu lagi”. Akhirnya kebersamaan itu harus berakhir di Muara Angke, kebersamaan yang tak akan dilupakan.

No comments:

Post a Comment